Love in Between part 1
Cinta adalah salah satu bentuk rasa yang hingga saat ini selalu bekerja secara misterius. Kita tidak akan pernah bisa memprediksikan kapan, dimana dan dengan siapa perasaan cinta itu hadir.

A Beautiful Mess – Jason Mraz Song Lyrics
Coffee Corner 17.05
Suasana di Coffee Corner begitu mendukung, music jazz yang easy listening, aroma kopi yang kuat, ac yang tidak begitu dingin dan rintikan air hujan di luar café membuat suasana sore hari menjadi begitu sempurna. Coffee corner selalu menjadi pilihan yang cocok bagi para karyawan kantoran untuk menghabiskan waktu selepas kerja mungkin karena letaknya di sekitar kawasan perkantoran sehingga pengunjungnya pun mayoritas karyawan kantor. Yang paling cukup menonjol dari coffee corner adalah karena designnya tidak dibuat se café mungkin, pengunjung dibawa seperti merasa berada di rumah sendiri, sofa dengan bantal-bantal kecil and ofcourse kecuali di sekitar bar. Amanda dan Ramon duduk tepat dipojokan ruangan yang menghadap jendela. Yups Coffee Corner memiliki jendela-jendela yang lebar dan tinggi. Dari luar, bangunannya pun sudah sangat menarik, diapit oleh dua gedung perkantoran yang menjulang tinggi kiri dan kanan membuat coffee corner begitu sangat mudah dicari. Amanda menatap keluar jendela dari tempat duduknya sambil sesekali menyeruput kopinya. Tempat dimana dia bisa mengakses pemandangan di luar café dengan leluasa, seekor anjing liar yang berlari kecil mencoba menghindari hujan pun tidak luput dari pandangannya. Saking asiknya menikmati pemandangan di luar café, tanpa menyadari Amanda sudah menghabiskan dua gelas kopi. Melihat hal tersebut Ramon yang memang duduk dihadapannya merasa geram sendiri.
“Manda ! Elo tuh udah minum dua gelas!” omel Ramon yang menurutnya terlalu banyak untuk seorang wanita minum kopi.
“Cerewet banget sih! Baru dua gelas belom lima” gerutu Amanda.
“Heh, cewek tuh ga baek minum kopi banyak-banyak. Entar peranakannya kering lho” ujar Ramon lagi.
“Sok tau lo” Amanda mencibir, “eh…mana yang laen? Kita tuh udah 1 jam nunggu” ucap Amanda menahan bosan.
“Iya juga yah” sahut Ramon baru menyadari.
Amanda lalu memperhatikan sekeliling ruangan, arah jam 8 tampak beberapa wanita berusaha mencuri pandang kearah Ramon. Sedangkan Ramon yang jadi pusat perhatian malah asik dengan game portablenya. Dalam hati Amanda memang mengakui, siapa sih yang ngga akan berpaling buat merhatiin sosok ganteng Ramon. Memiliki badan atletis dengan tinggi 182, blasteran menado-spanyol ini selalu berhasil membuat hati perempuan ketar-ketir dari jaman SMA termasuk Amanda.
“Bikin kesel juga yah mereka!” gerutu Amanda lagi, “Atau….jangan-jangan kita lagi dijodohin sama mereka”.
Ramon langsung menghentikan aktivitasnya begitu mendengar ucapan Amanda.
“Sialan mereka!” rutuk Ramon, “Apa-apaan sih maksudnya!”.
Amanda melirik Ramon, kaget juga sih melihat reaksi Ramon yang seakan-akan engga terima kalau dijodohkan dengannya. Lagian itu juga belum tentu bener.
“Gue balik Mon” ucap Amanda yang kemudian pergi meninggalkan Ramon sendirian.
Ramon pun dengan cueknya ikutan pulang.
Kenzo Apartement (Basecamp)
“Kira-kira lagi ngapain yah mereka?” seru Sherly seraya bersandar dipunggung Kenzo.
“Feeling gue sih malah pada ribut tu anak dua” sahut Gio.
“Yups. Yang satu keras kepala dan yang satunya lagi cuek bebek” tambah Kenzo.
Sherly tertawa sambil membayangkan Amanda dan Ramon.
By the way, Ramon, Amanda, Sherly, Kenzo dan Gio mereka bersahabat dekat sejak di SMA.
Awalnya cuma Amanda dan Gio, karena mereka teman sekelas. Kemudian bergabunglah Ramon dan Kenzo. Dan yang terakhir adalah Sherly.
Setelah lulus SMA mereka semua berpencar karena mereka kuliah ditempat yang berbeda-beda. Tapi setelah pertemuan Gio dan Amanda beberapa bulan yang lalu di sebuah toko buku, akhirnya persahabatan diantara mereka kembali terjalin. Ternyata walaupun telah lama mereka tidak bertemu tapi itu tidak memudarkan persahabatan itu sendiri. Seperti weekend sekarang ini. Maklumlah, sekarang mereka lumayan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ramon, dia seorang arsitek yang lagi sibuk-sibuknya dengan perusahaan yang dia rintis dengan rekan-rekannya waktu kuliah.
Gio seorang GM disebuah perusahaan telelomunikasi. Kenzo mempunyai bisnis showroom mobil mewah. Sherly menjadi editor disebuah majalah wanita kenamaan di Ibukota. Sedangkan Amanda menjadi guru TK. Sewaktu mendengar Amanda jadi guru TK, keempat sahabatnya malah tertawa ngakak, mereka meragukan seorang Amanda mengajar anak TK.
“Wah….lo orang pada rese !” teriak Ramon yang tiba-tiba datang.
Gio dan Kenzo tertawa terbahak-bahak.
“Manda mana?” Tanya Sherly.
“Tau ! Balik kali” jawab Ramon masih dengan tampang kesal.
“Manda pasti murka banget” cetus Gio sambil tertawa.
“Telpon Manda gih, kasian” ujar Sherly.
“Lo pada kurang kerjaan yah, ngerjain gue sama Manda” omel Ramon.
Gio dan Kenzo masih aja senyum-senyum.
“Ken, telpon Manda gih” ucap Sherly lagi.
“Biarin aja dulu, biar keselnya numpuk dulu” jawab Gio.
“Eh Mon, lo tau ga cewek yang pake baju merah di partynya Bobby?” tanya Kenzo.
“Yang mana?” sahut Ramon masih dengan tampang BT.
“Itu lho yang bilang ‘Hai Ramon, udah lama ya ga ketemu, makin keren deh kamu’. Inget ga?”
“Oh si keket” jawab Ramon.
“Keket?” Kenzo ga ngerti.
Ramon mengangguk, “Iya Keket. Namanya sih Katty, tapi dipanggilnya keket gitu sama anak-anak” Ramon memandang muka mupengnya Kenzo, “Lo doyan ama yang kaya gitu?”
“Gue doyan sama bodynya Mon. Gila ! 38 kap B kali ya!” celetuk Kenzo senyum-senyum.
“Dasar ya kalian, apa ga ada pembahasan yang laen?” omel Sherly.
Kenzo cengar-cengir, “Sorry Sher, tiga lawan satu. Masalah ginian bisa disamain sama bisnis”.
“Bisnis otak lo ngeres ! Kalo mo nyosor dia usaha sendiri jangan lewat gue” protes Ramon.
“Heh Ken, kalo lo mo barang bagus gue punya neh, timur tengah punya” celetuk Gio.
“Guys, gue pulang dulu yah. Udah dijemput neh” seru Sherly.
“Dijemput? Sama siapa?” Tanya Ramon.
“Oh gue belom bilang yah. Sekarang gue lagi jalan sama cowok, namanya Pedro” jawab Sherly.
“Pedro? Anak mana?” giliran Kenzo yang nanya.
“Entar deh gue kenalin, kalo sekarang waktunya ga tepat. Lagian Manda juga ga ada” jawab Sherly sambil mengambil tasnya.
Ramon dan Kenzo saling berpandangan. Begitu Sherly keluar, Gio, Ramon dan Kenzo berlarian keluar. Tapi percuma aja mereka mengejar untuk melihat sosok yang bernama Pedro dari lantai 10.
“Udahlah, ga mungkin kekejar” seru Gio.
“Sejak kapan si Sherly jalan ma tu cowok? Kok ga ada gossip-gosip dulu” ucap Ramon.
“Kenapa lo? Jealous?” sindir Gio.
Ramon langsung mencibir, namun ngga kasih jawaban.
“Ngomong-ngomong, sejak kita bareng ga pernah ada komitmen ga boleh pacaran sama temen sendiri kan?” tanya Kenzo.
Ramon dan Gio saling berpandangan.
“Ya…ga ada sih. Tapi, kalo gue pribadi nganggap Manda sama Sherly udah kaya sodara. Mati rasa gitu” jawab Gio.
“Nah trus ngapain lo pada jodohin gue sama Manda?” semprot Ramon.
“Ye… yang mati rasa kan gue. Emangnya lo mati rasa juga sama Manda juga Sherly?” balas Gio.
“Kalo gue nih, sama si Manda emang mati rasa. Tapi kalo sama Sherly sih engga” tutur Kenzo.
“Lo naksir sama Sherly?” Tanya Ramon agak sewot.
“Ya…ga tau juga sih, gimana yah gue jelasinnya” Kenzo kebingungan sendiri,” Gini deh, Sherly tuh ‘cewek banget’ dan dia pinter banget maenin kewanitaannya didepan kita cowok-cowok”.
“Maksud lo apaan kewanitaannya? Jangan ngeres deh” protes Ramon.
“Lo aja tuh yang ngeres” bantah Kenzo.
“Gue paham maksud lo Ken. Gini loh Mon, kita nih cowok-cowok kelemahannya ngga tahan ngeliat cewek yang lemah. Lemah disini ngga harus fisik yah. Nah, Sherly tuh sisi feminimnya tinggi banget dan dia pinter menggunakannya. Kadang-kadang sih gue ngerasa walaupun kita udah lama temenan, dia masih aja suka manfaatin sisi feminimnya ama kita” jelas Gio.
“Tapi ga salah juga kan?” bela Ramon.
“Ya engga sih. Maksud gue, tanpa dia kaya gitu kita-kita pasti bakal care lah sama dia” jawab Gio.
“Sherly emang beda banget sama Amanda. Dari dulu Sherly gampang sakit sedangkan Amanda sakitpun pura-pura ga sakit. Inget ga lo waktu dia ngotot pengen ikut kita kemping. Padahal dia lagi sakit. Hasilnya pulang kemping langsung kena tipes” seru Kenzo.
“Iya, udah gitu waktu dirawat di RS dia pake kabur gara-gara tau kita mo pada nonton Slank” tambah Ramon.
“Tu anak emang gila. Gue ngga nyangka dia bisa jadi guru TK. Kebayang ngga lo, murid-muridnya kaya apa?!” celetuk Gio. Kenzo dan Ramon langsung tertawa terbahak-bahak membayangkannya.
Amanda
Amanda benar-benar kesal sama teman-temannya. Tadinya dia berharap bakal menghabiskan weekend ini dengan hangout di coffee shop bareng keempat sahabatnya.
“iiiih….maksud mereka apa-apaan sih” gerutu Amanda kesal.
Sebenarnya yang membuat Amanda tambah kesal sih melihat reaksi Ramon waktu Amanda bilang teman-temannya pada ngejodohin mereka.
“Emangnya siapa juga yang mau sama elo” rutuk Amanda.
Amanda akui baru-baru sekarang aja mereka kumpul lagi. Itupun ketika dia ngga sengaja ketemu Gio disalah satu toko buku. Dari situlah awal mula kumpulnya ‘Have fun Club’ lagi. Maklum, setelah lulus SMA kemudian kuliah di universitas yang berbeda mereka mulai jalan masing-masing.
Amanda membuka-buka kembali album fotonya waktu SMA. Disitu banyak sekali momen-momen penting yang diabadikan. Ketika Amanda membuka lembar terakhir dalam albumnya, terseliplah foto Ramon. Amanda ingat waktu itu dia mengambil foto tersebut diam-diam. Yups ! Amanda pernah mnyimpan perasaan pada Ramon, tapi tidak pernah berani mengungkapkannya. Lagi pula Ramon pernah curhat padanya kalau dia menyukai Sherly. Tapi Amanda sendiri heran, hingga kini Ramon tidak pernah menyatakan perasaannya pada Sherly. Hhhmmm….walaupun tahun berlalu, bahkan Amanda sempat berpacaran dengan orang lain, tapi ketika bertemu Ramon lagi ternyata perasaan itu masih menetap.
TK Bunda Pertiwi
Beberapa anak mengerubungi Amanda untuk minta dibuatkan pesawat dari kertas.
“Sebentar ya…satu-satu” teriak Amanda berusaha membuat anak-anak itu tenang.
“Aku dulu….aku dulu” teriak salah satu anak yang lain pun mengikuti.
“Iya-iya, semuanya kebagian” ucap Amanda.
Satu demi satu anak-anak yang sudah kebagian pesawat lari berhamburan. Sebenarnya jam pulang sekolah sudah sejak tadi, tapi seperti biasa anak-anak itu sangat senang berlama-lama dengan Amanda. Amanda tersenyum puas begitu semua anak sudah kebagian pesawat.
“Terimakasih bu Manda” teriak anak-anak itu beramai-ramai. Kemudian merekapun pulang masing-masing. Ada yang dijemput orangtuanya, ada juga yang dijemput babysitter. Setelah semua anak menghilang dari jangkauan pandangannya, Amanda kembali memasuki kelas untuk beres-beres.
“Bu Manda, aku juga mau pesawatnya”.
Amanda menghentikan langkahnya, dia hapal betul pemilik suara itu.
“Ngapain lo kesini?” tanya Amanda sambil berusaha menekan volume suaranya agar tidak mengundang perhatian guru-guru lain.
“Weis…sabar dong, tadi nyuruh ma tu bocah-bocah sabar, masa sekarang gurunya ga sabar” ledek Kenzo.
Amanda segera menghampiri Kenzo lalu menariknya untuk menjauh dari pekarangan sekolah. Tapi seorang guru menghentikannya begitu Amanda dan Kenzo baru beberapa langkah.
“Bu Manda ada tamu?” Tanya seorang guru.
“Eh…um…iya…ini…temen saya…bu Lani” jawab Amanda kikuk.
Kenzo nyengir melihat wajah Amanda yang kikuk.
“Lho, ajak masuk aja temannya” ucap guru yang bernama Lani.
“Iya. Kebetulan saya pengen liat kelasnya bu Manda” celetuk Kenzo yang mulai kumat jailnya.
“Oh…silahkan Mas…um…”
“Kenzo” sambung Kenzo.
“Silahkan lho mas Kenzo” ucap bu Lani lagi seraya senyum-senyum kearah Amanda.
Amanda bisa menebak apa yang ada dipikiran guru-guru dengan melihat kedatangan Kenzo. Amanda janji pada dirinya untuk memarahi Kenzo karena seenaknya datang kesini.
“Bu Manda guru yang sangat disukai anak-anak lho” celoteh bu Lani.
“Oh ya? Saya yakin itu bu, Amanda hatinya kan sangat lembut” Kenzo melebih-lebihkan.
“Um…mas Kenzo ini…pacar atau malah tunangannya? Aduh maaf lho jadi pengen tau…” tanya bu Lani semakin berani.
“Um kami sudah bertunangan” jawab Kenzo serius.
Amanda ternganga kaget mendengar jawaban Kenzo.
“Oh…. Kenzo!” teriak Amanda.
“Lho? Bu Manda kok ga kasih tau kalau udah tunangan?” seru bu Lina.
Amanda melotot kearah Kenzo yang senyum-senyum simpul.
“Siapa yang udah tunangan bu Lina?” tiba-tiba ada guru lain ikut bergabung.
“Oh ini lho bu Tati, bu Manda udah tunangan” celoteh bu Lina.
“Oh ya? Kok ga undang-undang sih?” protes guru lain.
Lengkap sudah penderitaan Amanda. Sekarang dia hanya bisa pasrah, karena walau bagaimanapun dia menyangkal, guru-guru ini sudah terlanjur mempercayai ucapan Kenzo. Saking kesalnya dengan Kenzo, Amanda akhirnya mendiamkan Kenzo bicara kesana-kesini. Namun, sebelum Kenzo semakin ngaco melantur sana-sini, Amanda pamit pulang. Tampaknya guru-guru di TK Bunda Pertiwi menyukai Kenzo yang blasteran Jepang-sunda ini.
“Sering datang yah mas Kenzo” teriak salah seorang guru, begitu Amanda dan Kenzo pamit.
Kenzo melambaikan tangannya, Amanda lekas menariknya supaya cepat-cepat pergi dari situ.
Setelah semua guru tidak memperhatikannya, Amanda langsung nyemprot Kenzo yang lagi tertawa terbahak-bahak.
“Puas lo? Apa yang lucu?”
“Muka lo lucu banget tadi….” Seru Kenzo sambil kembali tertawa ngakak.
Dengan perasaan dongkol Amanda lalu meninggalkan Kenzo dan mencari taksi.
“Eh mo kemana lo?” tanya Kenzo yang berusaha menahan rasa lucu di dadanya.
Amanda engga menjawab, perasaannya benar-benar kesal.
“Ayo gue anterin” ucap Kenzo lagi.
Masih ga ada jawaban dari bibir Amanda.
“Iya gue minta maaf deh…entar gue beliin es krim yah” rayu Kenzo.
“Gue bukan Sherly tau” bentak Amanda.
“O iya, lo kan ga suka es krim. Um…gimana kalo kita nonton konsernya The Frank?” salah satu band favorite Amanda, Gio, Ramon dan Kenzo.
Amanda melirik kearah Kenzo, berusaha menahan senyum.
“Gue denger di radio The Frank bakal maen tuh di Hills center. Mo nonton ga? Malem minggu sekarang Man”.
“Yang laen juga ikut?” akhirnya Amanda membuka suara.
“Ga usah. Kita berdua aja honey” goda Kenzo kumat lagi jailnya.
Tanpa basa-basi Amanda langsung meninju dada Kenzo.
“Gila lo ya, emangnya kaga sakit” protes Kenzo seraya meringis kesakitan,” eh kalo cewek tuh maenannya bukan ninju tapi nyubit”.
Amanda manyun, sebenarnya dia masih kesel banget sama Kenzo, tapi mau diapain lagi.
“He..he..he jangan marah lagi ya neng” rayu Kenzo sambil menarik tangan Amanda.
“It’s not funny ! and you know that”
Kenzo malah cengar-cengir mendengar omelan Amanda.
Sherly dan Pedro
Pedro membuka-buka lemari didapur. Matanya berputar-putar kesana kemari mencari sesuatu.
“Sher, kopi dimana?” tanya Pedro.
“Di deket gula, belakang toples kuning” teriak Sherly.
Sherly mengambil piyama tidurnya yang tergeletak di lantai kamar.
“Pedro, kita ga bisa kaya gini terus. Aku pengen hubungan yang lebih serius. Aku pengen komitmen” ucap Sherly.
“Are you pregnant?” tanya Pedro sambil dengan tenangnya mengaduk kopi.
“Of course not !” sangkal sherly kesal, “Pedro, kamu tau kan aku sanggup berkorban apapun buat kamu, bahkan keperawananku”.
Pedro memandang Sherly dengan tatapan yang bosan. Seorang Pedro pastilah sangat jenuh, karena beberapa minggu belakangan ini Sherly selalu membahas masalah ini. Pedro yakin, ini pasti dikarenakan Sherly mulai nongkrong bareng dengan teman lamanya.
“Ayolah Sher, kita udah sering ngobrolin hal ini. Inget ga waktu aku tanya apa kamu mau melakukan ini semua? Kamu ngangguk kan?!”.
Sherly terdiam, matanya berkaca-kaca. Dia menyadari kelemahannya.
Pedro menaruh kopi tersebut dimeja lalu mendekati Sherly.
“Come on honey, the most important thing is…I love you. Pernikahan itu cuma ikatan diatas kertas. Itu bisa nyusul” rayu Pedro sambil memeluk Sherly.
“Tapi sampai kapan Pedro?” air mata Sherly mulai menetes.
“Sampai kita berdua siap, bener-bener siap” jawab Pedro meraih wajah Sherly dengan kedua tangannya, kemudian menciumnya.
Sherly merasa dirinya sangatlah lemah, terkadang dia berharap bisa seperti Amanda. Jika Amanda berada di posisinya, mungkin dia bisa bertindak lebih tegas.
“Pedro”
“Hhhmm”
“Nanti malam kamu ga ada janji kan?” tanya Sherly.
“Ga ada. Kenapa emang?” Pedro balik nanya.
“Aku sama temen-temen mo hang-out. Kamu ikut ya” pinta Sherly.
Pedro memandang Sherly, sebenarnya dia tidak menyukai teman-teman Sherly. Tapi kalau dia menolak lagi untuk bertemu teman-temannya Sherly, pastilah Sherly akan terus membahas masalah yang sama.
“Baiklah. Walaupun aku heran, kenapa seumuran kalian masih aja hang-out bareng. Orang makin bertambah umur kan punya urusan masing-masing” tutur Pedro.
Sherly tidak menjawab, dia malas berdebat dengan Pedro.
“Lebih baik aku mandi duluan” ucap Sherly.
Pedro meneguk habis kopinya, kemudian berlari mengejar Sherly.
Coffee Corner 19.25
“Si Kenzo masih dimana?” tanya Gio.
“Bilangnya sih dijalan” jawab Ramon sambil melihat sekeliling, “ada kabar ga dari Sherly?”.
Gio senyum-senyum kearah Ramon.
“Lo naksir Sherly ya”.
“Ngomong apa sih lo” kilah Ramon, “waktu lo nanyain Kenzo gue ga bilang lo naksir Kenzo”.
“Ya iyalah ! gue normal. Pake lo samain si Kenzo ma Sherly” protes Gio.
“Udah, gue ga mo bahas” ucap Ramon.
“Heh, kalo perasaan itu lo pendem terus, si Sherly mana pernah tau. Kalo gue jadi elo gue bakal ngomong ke Sherly, ya…walaupun menurut gue masih mending Amanda” tutur Gio.
“Eh lo ga inget apa, si Sherly kan udah punya cowo” ucap Ramon.
“Itu kan baru dia bilang. Sampe sekarang kita belom pernah tuh di liat batang hidungnya”.
“Ayo…pada ngomongin gue yaaaa” seru Sherly tiba-tiba.
Ramon dan Gio menoleh berbarengan.
“He..he..he..Sherly…” Gio dan Ramon langsung cengar-cengir salah tingkah.
“Kenzo sama Amanda mana?” tanya Sherly.
“Masih dijalan” jawab Gio dan Ramon barengan.
Sementara itu mata mereka menatap kearah pria yang berada dibelakang Sherly.
“Oh kenalin, ini Pedro” ucap Sherly,”Pedro, ini Ramon dan Gio”.
Mereka bertiga saling berjabatan tangan.
“Gue denger dari Sherly kalian udah temenan lama?” tanya Pedro berusaha mencairkan kebekuan.
“Ya…dari SMA sih. Tapi kita sempet pisah pas kuliah” jawab Gio, “iya kan Mon”.
“Um..iya” jawab Ramon.
Pedro terus memegang tangan Sherly dan itu bikin Ramon kesal.
“Eh Mon, coba lo telpon lagi si Kenzo dah nyampe mana” ucap Gio.
“Ga perlu, gue dah disini kok” seru Kenzo,” ya kan honey…”
Tadinya Amanda pengen meninju Kenzo, tapi dia urungkan begitu melihat pria yang disebelah Sherly.
‘Ga mungkin ! Ga mungkin itu Pedro !’ seru Amanda dalam hati. Tampaknya Pedro juga kaget melihat Amanda.
“Waaaah…curiga nih, kok bisa datang berdua’an” goda Sherly.
Kenzo cengar-cengir sambil duduk disamping Ramon.
“Orang baru neh” celetuk Kenzo.
“Oiya. Ken, ini Pedro” ujar Sherly, “honey, ini Kenzo dan Amanda”.
Amanda memandang Pedro dingin, hal tersebut membuat teman-temannya terheran-heran.
“Kalian saling kenal?” tanya Sherly curiga.
“Engga!” jawab Pedro cepat, “aku baru liat tapi sepertinya ngga asing”.
Amanda mengutuk Pedro dalam hati, walau bagaimanapun dia ngga mau kisah percintaannya dengan Pedro dahulu jadi konsumsi teman-temannya. Apalagi momennya memang tidak tepat.
Pedro memberikan tangannya untuk berjabatan, mau ngga mau Amanda juga melakukan hal yang sama walaupun dengan malas-malasan.
Gio dan Kenzo memperhatikan perubahan sikap Amanda. Sementara Ramon berusaha menyembunyikan rasa cemburunya dengan mengajak ngobrol Pedro.
“Gimana Man menurut lo?” tanya Sherly.
“Hah?! Um…apanya?” Amanda sepertinya memikirkan hal lain.
“Pedro. Aku tadinya pengen ngenalin Pedro sama anak-anak minggu kemaren, tapi kamunya ngga ada”.
“Emang mesti ada gue?” cetus Amanda.
“Iya dong. Kamu kan salah satu cewek diantara anak-anak cowok itu, jadi penting banget buat aku pendapat kamu” jawab Sherly.
Amanda memandang Sherly, cukup lama juga dia hilang kontak dengan teman-temannya. Mungkin karena hal ini juga dia merasa tidak sebebas dulu menceritakan banyak hal.
“Kalo…gue…um…jangan tanya gue deh. Gue ga jago sama hal ginian” elak Amanda.
Malam ini mungkin jadi malam yang tidak menyenangkan buat Amanda dan Ramon. Jika Ramon bisa menutupinya tapi tidak dengan Amanda. Gio menarik Amanda kemeja lain yang jaraknya agak jauh.
“Hei, kenapa?” tanya Gio menginterogasi.
“Kenapa apa?” Amanda pura-pura ngga ngerti.
Ngga lama kemudian Kenzo ikutan bergabung.
“Penyusunan rencana apa neh?” ledek Kenzo.
Amanda berdiri sebelum Gio menanyainya lebih lanjut.
“Gue balik ah, ga enak badan”
Kenzo dan Gio saling berpandangan.
“Balik?” tanya Gio dan Kenzo barengan.
Amanda melangkahkan kakinya keluar coffee corner tanpa memperdulikan Sherly, Pedro dan Ramon yang memandangnya keluar.
Gio dan Kenzo mengejarnya, melihat hal tersebut Ramon pun menyusul.
“Man” Gio dengan cepat meraih tangan Amanda, “lo kenapa sih?”.
“Gue ga enak badan” jawab Amanda tanpa mau menatap mata Gio. Dia tau Gio pasti akan terus penasaran jika jawabannya tidak sesuai dengan feelingnya.
“Keliatannya lo sehat-sehat aja” celetuk Kenzo.
Amanda bingung bagaimana lagi harus membuat alasan pada kedua temannya.
“Ada apa sih? Kalian mo kemana?” tanya Ramon yang terlihat penasaran.
“Nih Manda pengen pulang, katanya sih ga enak badan” jawab Gio.
Ramon memandang kearah Amanda.
“Ya udah deh gue anter balik” ucap Ramon.
“Hah ! Kok malah lo ikutan balik?” protes Kenzo.
“Yuk Man” ajak Ramon.
Sebenarnya ada sebersit perasaan kikuk ketika Ramon menawarkan dirinya untuk mengantarkan pulang.
“Ya udah lo anter Amanda balik. Entar lo kita tunggu di basecamp” ucap Gio.
“Engga bisa gitu” protes Kenzo, “Manda kan datangnya ma gue, pulangnya juga mesti sama gue dong”.
Ramon dan Gio menatap kearah Kenzo dengan tatapan aneh. Sedangkan Amanda ingin rasanya mengeplak kepalanya Kenzo.
“Udahlah. Gue bisa pulang sendiri” Amanda buka suara, “lagian gue malah bakal ribet kalo mesti dianter ma kalian”.
Amanda melangkahkan kakinya meninggalkan ketiga temannya yang bengong. Tangannya segera menstop taksi yang melintas dihadapannya. Sekilas Amanda melihat Sherly menghampiri ketiga temannya, setelah itu dia mengalihkan pandangannya.
Sementara itu keadaan tidak bertambah baik bagi Gio, Kenzo, Ramon, Sherly dan Pedro.
“Manda sakit apa?” tanya Sherly.
“Katanya sih ga enak badan” jawab Ramon.
“Sher, lo ada apa sih sama Manda?” tanya Kenzo tiba-tiba.
Sherly bingung mendengar pertanyaan Kenzo yang tiba-tiba.
“Manda? Kamu kenapa sih? Pertanyaannya aneh banget” Sherly keheranan.
“Yang terakhir ngobrol sama Manda kan elo, pasti lo ngomong sesuatu yang bikin Manda engga enak” tuduh Kenzo.
“Apaan sih ! Denger yah Ken, aku ngga ngerti apa yang kamu omongin. Aku sendiri bingung kenapa Amanda tiba-tiba pulang” protes Sherly dengan mata berkaca-kaca.
“Ken, udahlah. Kenapa sih lo?” lerai Gio.
“Sher, lebih kita pulang” ajak Pedro.
Tanpa permisi Sherly memutuskan menuruti saran Pedro. Gio mengejar Sherly dan Pedro.
“Sher, sorry. Gue yakin Kenzo ga ada niat nuduh apa-apa kok. Dia cuma khawatir sama Manda. Sekali lagi sorry ya Sher, Pedro. Next time kalo lo hang-out bareng kita lagi, gue janji suasananya bakal lebih enak”.
“It’s ok. Gue ngerti kok” jawab Pedro.
Pedro dan Sherly pun pulang. Mobil BMW hitam metallic milik Pedro melesat cepat dihadapan Gio.
“Lo kenapa Ken?” tanya Ramon.
“Lo ngerasa ga ada yang aneh dari Manda pas ketemu Sherly” ucap Kenzo.
Tiba-tiba Gio ngeplak kepala Kenzo dari belakang.
“Lo emang suka nyari masalah ya dari dulu. Ga berubah !”.
Kenzo mengelus kepalanya yang lumayan sakit.
“Gue kan cuma nanya”
“Iya, tapi cara lo tuh keterlaluan. Lo harusnya jaga perasaan Sherly di depan Pedro” protes Gio.
“Kalo gitu sih jaga perasaan Pedro bukan Sherly” celetuk Ramon, “ngapain juga mesti jaga perasaan Pedro”.
“Gi, lo pasti setuju ma gue kan, kalo pulangnya Manda pasti ada hubungannya mas Sherly?” celoteh Kenzo lagi.
“Terserah elo deh. Gue cuma heran lo tiba-tiba peduli banget sama Manda” seru Gio.
Ramon memandang Kenzo seakan meminta jawaban.
“Ngapain lo ngeliatin gue gitu?” protes Kenzo.
“Lo naksir Amanda?” tanya Ramon.
“Kenapa emang? Lo keberatan?” ledek Kenzo.
“Maksud lo apa? Eh gue tau elo, elo tuh ga pernah serius Ken” semprot Ramon.
“Ken, lo serius sama ucapan lo tadi?” Gio kini gantian nanya.
“Lo tau gue lah Gi” jawab Kenzo sambil cengar-cengir.
“Awas lo ya, kalo macem-macem ma Manda” ancam Ramon.
“Kenapa lo mesti sewot? Kalo suka sama Sherly ya Sherly aja, ga usah lo pusingin Amanda”.
Mata Ramon langsung mendelik begitu nama Sherly disebut-sebut. Tapi sebelum situasi tambah memanas, Gio langsung menengahi. Dia segera merangkul pundak kedua sobatnya.
“Bilyard yuk! Gue tau tempat baru nih. Tempatnya asik, enak buat nongkrong, banyak cewek cakepnya”.
Ramon dan Kenzo tidak menanggapi, tapi Gio ga peduli, dia malah menarik kedua temannya.
TK Bunda Pertiwi
Sudah 2 minggu Amanda menghindari telpon dari teman-temannya. Amanda selalu saja mencari-cari alasan untuk tidak berkumpul dengan teman-temannya.
“Bu Manda, tunangannya datang” ucap bu Lani yang tiba-tiba nongol di pintu kelas.
Amanda terbelalak kaget, jantungnya mulai berdegup kencang, apalagi ketika melihat Kenzo yang sudah memasuki kelas dengan cueknya sehingga membuat gaduh seisi kelas. Anak-anak mulai ribut dan teriak menggoda gurunya.
“Hi honey, surprise!” seru Kenzo sambil membawa sebuket lily putih.
Amanda berusaha tersenyum wajar, bahkan ketika Kenzo mencium keningnya. Anak-anak kembali bersorak.
“Kamu ngapain kesini, LAGI?” bisik Amanda menahan kesal.
“Om namanya siapa? Um…tunangan itu apa sih om? “ tanya salah satu anak.
Kenzo tersenyum. Tanpa memperdulikan pertanyaan Amanda, Kenzo malah menyibukkan diri berinteraksi dengan murid-murid Amanda. Melihat itu Amanda kembali hanya bisa pasrah.
“Anak-anak mainnya udah dulu ya, om Kenzonya sibuk masih banyak kerjaan, jadi harus pulang” seru Amanda.
Anak-anak tampak tidak rela.
“Engga kok honey, aku sengaja meluangkan waktu ku hari ini untuk ketemu kamu” jawab Kenzo.
Ibu Lani yang sedari tadi mengawasi tidak bisa menahan senyum. Cukup sudah, kesabaran Amanda hampir habis. Amanda mendekati bu Lani untuk menitipkan kelasnya sebentar. Bu Lani pun tidak keberatan. Amanda segera menarik Kenzo sewajar mungkin untuk keluar kelas. Lagi-lagi anak-anak itu kembali riuh.
“Kamu tuh seneng banget sih bikin orang jengkel !” omel Amanda.
Kenzo malah senyum-senyum melihat reaksi Amanda.
“Cukup yah Ken, ini terakhir kalinya aku liat kamu datang kesini”.
“Kenapa? Aku kan tunangan kamu” goda Kenzo.
Ingin rasanya Amanda meninju Kenzo, tapi dia urungkan niatnya begitu melihat ada beberapa orang tua murid datang untuk menjemput anaknya.
“Kalo lo nyuruh gue balik, jawabannya NO WAY. Gue bakal nunggu lo sampe selesai ngajar. Manda, gue serius. Lo sama gue mesti bicara”.
Amanda memandang ekspresi wajah Kenzo yang kali ini begitu serius.
“Terserah kamu, tapi aku minta kamu tunggu diluar. Dan, jangan ngomong macem-macem”.
“Siap Bos” jawab Kenzo seraya tersenyum puas.
Kurang lebih 25 menit Kenzo menunggu Amanda mengajar. Akhirnya anak-anak itu satu demi satu pulang juga. Kenzo mengamati Amanda yang mengantar murid-muridnya pulang sampai gerbang depan. For some reason, bibirnya mengembangkan senyum. Amanda begitu beda dari yang dia kenal dulu.
‘Kenapa juga gue jadi merhatiin Amanda sih?!’
“Kenapa kamu senyum-senyum sendirian” tanya Amanda yang tiba-tiba sudah ada dihadapan Kenzo.
“Hah?! Oh…engga” Kenzo jadi kikuk sendiri, “Um…udah selesai?”
Amanda mengangguk, “Kamu mo ngomongin apaan sih?”.
Kenzo menarik nafas, “Mendingan ngobrolnya ga disini, kita ke coffee corner aja yah?”.
“Aku ga mau” jawab Amanda.
“Kenapa? Disitukan lebih nyaman buat ngobrol, daripada disini”.
“Kita kepantai aja yuk” ajak Amanda.
Kenzo langsung nyengir, “Ide lo boleh juga”.
Kenzo lalu menarik lengan Amanda untuk bergegas pergi. Sebenarnya dia janjian dengan Ramon dan Gio. Tadinya dia pengen kasih kejutan buat dua temannya itu dengan membawa Amanda, tapi a devil dalam hatinya berkata lain.
A Beautiful Mess – Jason Mraz Song Lyrics
2 komentar:
gmn klanjutan nya y.... ^^
mmhh....
Hehehe ok tunggu yaaa...ty Yuki^^
Posting Komentar