Love in Between part 4
Setelah membaca sms dari Amanda, Kenzo langsung pergi kerumah Sherly. Dia tidak memperdulikan teman kencannya marah-marah karena ditinggalkan begitu saja di restoran. Yang ada didalam benaknya hanya Amanda. Apalagi Ketika Kenzo menelpon balik Amanda, hp nya tidak aktif. Mobil Kenzo berhenti tepat didepan rumah Sherly. Untuk sesaat dia ragu begitu melihat mobil Ramon terparkir di halaman rumah Sherly. Ada apa ini? Lalu akhirnya Kenzo memutuskan untuk memencet bel yang disamping pintu rumah Sherly.
“Lho? Kenzo?” seru Sherly begitu membuka pintu.
Tampak wajah bingung sekaligus heran melihat kedatangan Kenzo.
“Manda mana?” tanya Kenzo tanpa memperdulikan ekspresi muka Sherly.
“Manda?” Sherly tambah bingung.
“Siapa Sher?” tanya seorang cowok, dan Kenzo hapal betul itu suara Ramon.
“Kenzo Mon” jawab Sherly.
Walau belum dipersilahkan masuk, Kenzo langsung menerobos kedalam rumah. Raut muka Ramon jelas langsung tegang melihat kedatangan Kenzo.
“Dimana Manda?” tanya Kenzo sambil menahan emosi, “dan elo ngapain disini?”.
“Manda?” Ramon semakin kaget.
“Dari tadi engga ada Manda Ken, cuma aku aja sama Ramon” jelas Sherly.
Akhirnya Kenzo mengerti semuanya, “Baca ini !” Kenzo memberikan Hp nya pada Ramon.
Wajah Ramon langsung bertambah tegang, rasa bersalah langsung menyelubungi relung hatinya.
“Lo bisa jelasin ini semua?” cecar Kenzo.
“Ada apa sih ini? Aku ngga ngerti” ucap Sherly makin bingung.
“Pedro kemana Sher? Luar kota?” tanya Kenzo.
“Pedro? Um…..aku udah putus” jawab Sherly.
Makin jelaslah semuanya buat Kenzo. Tangannya pun sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk meninju muka Ramon. Sherly menjerit. Darah segar mengucur dibibir Ramon, namun Ramon tidak membalas. Mungkin dia merasa pantas menerima itu semua.
“Ini yang lo bilang mau jagain Manda? Jangan pernah lo deketin Amanda lagi” teriak Kenzo yang kemudian pergi.
Amanda's House,
Setelah turun dari taksi Amanda bergegas memasuki rumah. Semua perasaan berkecamuk di hatinya. Kekecewaan. Rasa sakit dan marah semua menjadi satu. Ditambah lagi harus bertemu dengan Pedro.
Kenapa Ramon harus bohong? Amanda menarik nafas, mungkin semua ucapan Gio benar. Cintanya Ramon milik Sherly dan Amanda hanya pelampiasan. Gue benar-benar bodoh !. Suara bel rumahnya berkali-kali bunyi. Tampaknya orang yang memijitnya sangat khawatir. Oh Tuhan….siapa lagi yang harus gue hadapi kali ini?!. Amanda berjalan lunglai membuka pintu. Begitu pintu dibuka, Amanda semakin kaget yang langsung mendapat pelukan dari Kenzo.
“I can’t breath” seru Amanda.
Kenzo lalu melepaskan pelukannya, “Sorry, gue baru baca sms nya. Gue langsung ke rumah Sherly dan….”.
“Ramon disana?” potong Amanda dengan suara parau.
“Manda…..”.
“Ga apa-apa. It’s better if I know from the beginning. Walaupun kalo ending nya kaya gini, tetep aja rasanya sakit”.
Kenzo meraih tangan Amanda dan menciumnya.
“Hei, look at me. Who need Ramon? You don’t need him. You had me, your best friend”.
Amanda berusaha tersenyum, “Yeah…but, sometime you shouldn’t believe 100 %, even you sure you believe that most”.
“You know why? It because we only a human. It’s so humanly when we thought is right but the fact is wrong”.
Amanda menarik nafas, ingin rasanya dia menangis tersedu-sedu, tapi airmatanya seakan mengering.
“Thanks Ken. Gue emang bener-bener bodoh karena terlalu mempercayai ‘it’s a dream come true’ tanpa memperdulikan perasaan gue sendiri”.
“Udahlah Manda, ga perlu keras sama diri lo gitu. Yang penting sekarang kan ada gue disini” ucap Kenzo.
Amanda senyum, “Gue pikir lo ngga akan datang”.
“Ga mungkinlah, gue kan…..”ucapan Kenzo terputus, “Gue kan sahabat terbaik lo, terus baru Gio….iya kan?”.
Lagi-lagi Amanda kembali tersenyum, dia bersyukur saat ini Kenzo ada disisinya.
“Eh gue tau apa yang enak dimakan jam-jam segini” seru Kenzo.
“Lo pikir gue masih minat buat makan?” protes Amanda.
“Setidaknya lo bisa kan nemenin gue ke roti bakar gurih”.
Amanda nyengir. Banyak alasan baginya untuk memilih bersama Kenzo dibandingkan Ramon. Namun, mengapa jalan itu seperti susah diraih. Kenzo bisa membuat moodnya cepat berubah, dengan Kenzo dia juga bisa bersikap apa adanya. Hanya saja Amanda merasa tidak bisa memegang perasaan Kenzo, untuk saat ini yang Amanda tau, Kenzo pasti akan selalu ada untuknya. Sepertinya, untuk saat ini hal tersebut cukup untuk Amanda.
Begitu Kenzo dan Amanda keluar rumah, tampak Ramon baru turun dari mobilnya. Situasi pun kembali menjadi tegang.
“Amanda, kita bisa bicara?” tanya Ramon, “Aku jelasin semuanya….”.
Kenzo memegang erat tangan Amanda, “Mendingan lo balik, gue rasa bukan saat yang tepat buat ngejelasin kelakuan brengsek lo”.
“Gue engga ada urusan ya sama elo Ken” maki Ramon dengan sorotan mata yang tajam kearah Kenzo.
“Selama itu menyangkut Amanda, elo ada urusan sama gue” ujar Kenzo.
Terlihat tampang Ramon makin kesal.
“Manda, please…..let me explain….”.
“Lo mulai budek ya Mon” Kenzo mulai tidak sabar.
“Eh Ken, gue masih mandang lo sebagai temen. Jadi gue minta lo ngga ikut campur”.
“Kenzo bener. Lebih baik lo pulang. Gue ngga mau denger apapun dari lo, setidaknya buat saat ini” Amanda menambahkan.
“See…have you clear?” ledek Kenzo.
“Manda, just give me a chance to explain…please…”.
“I’ve ever gave you a chance, remember? But you ruin it. Everything is over Ramon” jawab Amanda dingin, “Ayo Ken, entar roti bakarnya keburu abis”.
Amanda menarik lengan kenzo untuk segera pergi. Sedangkan Ramon hanya bisa terdiam melihatnya. Entah apa yang kini berkecamuk dipikiran Ramon, dari raut mukanya terbaca tampak menyesali banyak hal. Ketika memasuki mobil Kenzo, sekilas Amanda sempat melirik kearah Ramon yang sedang menelpon, namun dengan segera Amanda mengalihkan pandangannya.
Gio dan Ramon,
Setelah mendapat telpon dari Ramon, Gio bergegas pergi dari tempat fitnessnya. Lagipula dia memang sudah terlalu lama menghabiskan waktu disana. Ada perasaan tidak enak selama Gio berjalan keluar tempat gym. Bahkan perasaannya semakin yakin begitu melihat tampang kusut Ramon yang baru turun dari mobil, ditambah lagi ada bekas bogeman Kenzo yang menghias di bibirnya.
“Bisa kita ngobrol ditempat yang lebih tenang Gi” seru Ramon.
Gio melihat sekeliling, “Kita ke taman depan”.
Ramon mengikuti Gio tanpa bicara.
“Kenapa lo Mon? Selama kita temenan, lo ga pernah sharing masalah lo sama gue, kecuali kalo lo ribut sama Kenzo” Gio menatap wajah Ramon, “Or this is more bigger than I thought”.
“I ruin everything” sahut Ramon.
Ramon lalu mulai menceritakan kejadiannya.
Gio menghela nafas panjang, “Ini yang gue takutin Mon. What can I say….”.
“Gue ga tau mesti gimana Gi. Gue sayang sama Manda, gue ngga mau nyakitin dia”.
“Tapi kenyataannya lo udah nyakitin dia”.
Ramon dan Gio saling berpandangan.
“Kenzo bogemannya lumayan juga yah” sindir Gio.
Ramon tidak menimpali, sempat terbesit perasaan menyesal karena telah menemui Gio.
“Ya udah deh. Mendingan sekarang lo pulang istirahat. Biarin situasinya dingin dulu. Karena kalo lo ngotot pun malah bakal percuma” Gio membuka tutup pocari sweatnya, “entar gue coba ngobrol sama Manda”.
“Yang gue ga suka tuh cara Kenzo mengambil keuntungan dari situasi ini Gi” vocal Ramon kembali meninggi.
“Sekarang gue tanya sama elo. Siapa yang lo pilih, Sherly atau Amanda?”.
Ramon memandang Gio, seakan berat untuk memilih salah satu.
“Gue ga tau mana yang lebih gue suka”.
“Lo ga bisa gitu Mon, kalo gitu caranya, lo ngga akan bisa nyelesein masalah ini”.
“It’s confusing. Sherly dia…..dengan Sherly gue merasa dibutuhin, gue merasa berguna dan gue selalu pengen melindungi Sherly dari apapun yang akan membuatnya sedih. Sedangkan Amanda….gue terlalu kagum, Amanda kaya barang mahal di toko, walaupun lo sanggup beli tapi lo ga nyaman memilikinya. Karena lo terlalu takut buat merusaknya. Dan gue kaya cowok ngga berguna dihadapan Manda”.
Ramon menarik nafas, ditatapnya Gio yang begitu serius mendengarkan Ramon.
“Wow ! that’s a beautiful words that you ever had describe about woman” seru Gio.
“Menurut lo gue mesti gimana Gi?”.
“Kalo gue diposisi lo, gue lebih seneng bisa berguna buat cewek gue. Dibandingkan cuma bisa punya barang mahal tapi lo ngga punya rasa nyaman memilikinya”.
Ramon terdiam sejenak, “Itu berarti masalahnya bakal lebih panjang”.
“Mesti gimana lagi? Life is a choice. Pasti akan ada yang jadi korban”.
“Gi ! taruhannya persahabatan kita !” teriak Ramon.
“Seharusnya lo pikir itu baik-baik, sebelum semua ini terjadi” omel Gio, “Sekarang apa yang harus lo khawatirin lagi?”
“Gue cuma ga terima kalo Kenzo manfaatin masalah gue buat dapet perhatian dari Manda. Gue pengen Manda bahagia Gi. Kalo sama Kenzo…, gue rasa Kenzo ga akan bisa buat Manda bahagia”.
“Apa ini karena lo khawatir sama Manda atau karena lo udah kena bogem Kenzo” ledek Gio.
“It’s not funny Gi” Ramon mulai kesal.
Gio meneguk habis isi botol pocari sweatnya.
“Kalo lo udah milih Sherly, lo ngga perlu lagi khawatirin Manda. Itu cara maennya Mon. biarin cooling down dulu suasananya”.
Gio bangkit dari duduk sambil menepuk punggung Ramon.
“Thanks Gi, walaupun awalnya tadi gue sempet nyesel nemuin lo, tapi emosi gue lumayan membaik. Thanks for the conversation”.
“Hei…thats what friends are for” sahut Gio.
Ramon tersenyum gamang. Kata-kata itu sepertinya akan menjadi terakhir kalinya dia dengar.
TK Bunda Pertiwi,
Seperti biasa Amanda membereskan kelasnya begitu sekolah usai. Sesekali pandangannya tampak kosong menerawang.
“Bu Manda”.
Amanda menoleh dan melihat bu Lani didepan pintu.
“Kita semua mau ke toko buku. Bu Manda mau ikut?”.
“Oh engga bu, saya engga ikut. Terima kasih sudah mengajak” ucap Amanda.
“Kalau begitu kita duluan ya bu” ujar bu Lani.
“Iya-iya”.
Amanda kembali melamun, kemudian Hpnya berbunyi. Sebuah mms dari Kenzo. Foto Kenzo dengan sebuket bunga.
‘Sorry, gue ngga bisa jemput. Tapi, gue pasti kerumah lo’.
Bibir Amanda mengembang, buru-buru dia mengunci pintu kelasnya.
“Siang bu”.
“Gio?” seru Amanda agak surprise melihat Gio telah ada dibelakangnya.
“Lo kaya liat setan gitu, ngeliat gue” protes Gio.
“Bukan gue lho yang ngomong” ujar Amanda, “Gue yakin lo kesini pasti punya maksud”.
“Keliatan jelas yah Man?”.
Amanda mengangguk seraya tersenyum.
“Ni TK ngga ada perosotan atau ayunan gitu?” tanya Gio sambil melihat sekeliling.
“Ada dibelakang” jawab Amanda.
Gio nyengir, “Boleh ga kalo gue nyobain? Boleh yah Man?” rengek Gio.
“Sebenernya lo itu mau apa Gi? To the point aja”.
“Iya. Kita ngobrolnya disitu aja. Ga apa-apa kan?”.
“Terserah elo deh. Ayo” Amanda membawa Gio ke taman belakang sekolah.
Gio memilih ayunan untuk duduk, “Ayo Man, kan ada satu lagi”.
Amanda menuruti ucapan Gio.
“Gila ! udah lama banget gue ngga maen kaya ginian” seru Gio antusias.
“Lo pasti pengen ngomongin masalah gue sama Ramon kan?”.
Gio garuk-garuk kepala, “Ya….kalo emang elo udah bisa nebak, gue ngga perlu susah-susah lagi nanya”.
“Ramon yang nyuruh lo?” selidik Amanda.
“Engga lah, lo pikir gue apa mesti disuruh Ramon segala?! Gue engga bakal diem lah, ngeliat kalian kaya gini” Ramon agak tersinggung, “Lo inget pembicaraan kita di fitness center? Gue kan udah kasih gambaran”.
“Apa itu berarti elo membenarkan sikap Ramon yang maenin gue? Buat apa dia berusaha ngejar-ngejar gue dan bertekuk lutut didepan gue supaya dia diberi kesempatan? Buat apa Gi? Kalo hati dia, pikiran dia cuma buat Sherly”.
“Apa hati lo sepenuhnya diberikan buat Ramon?” tanya Gio.
Amanda terdiam, dia seperti mendapat pukulan keras dari Gio.
“Sebelum lo ngejudge Ramon, sebaiknya lo koreksi diri dulu”.
“Anggap aja hati gue bukan buat Ramon, tapi gue konsekwen sama keputusan gue. Karena gue yakin Ramon akan bikin gue bahagia. Dan lo tau apa yang bikin gue kecewa banget sama Ramon? Selain pengkhianat dia itu pengecut” ucap Amanda dengan suara bergetar.
Gio memandang Amanda, lalu memberikan saputangannya pada Amanda untuk melap airmata nya yang menetes.
“Apa itu berarti lo ga bisa maafin Ramon seperti hal nya lo ga bisa maafin Pedro?”.
Amanda menoleh, semua pertanyaan Gio membuatnya bingung.
“Ramon bener-bener nyesel Manda, setidaknya itu yang gue liat”.
Tidak ada jawaban dari Amanda, tampak jelas Amanda masih sangat terluka akan ulah Ramon. Dan Gio hanya mengkhawatirkan jika persahabatan ini akan berakhir. Gio lalu tertawa dan itu membuat Amanda merasa aneh.
“Lo pikir lucu?”
“Engga juga. Gue cuma mikir, ternyata persahabatan kita hancurnya gara-gara cinta. Gila ! Dahsyat banget kan?!”.
“Gue engga pernah berharap kalo akhirnya kaya gini Gi”.
“Gue tau kok. Oh ya, gimana kabar Kenzo? Dia pasti bisa jadi obat buat luka hati lo Man”.
“Kenzo cuma berperan jadi teman yang baik. Kaya lo sekarang ini, meluangkan waktu buat gue, padahal gue tau kalo jam-jam seginian lo itu sibuk banget”.
Gio terkekeh, “Iya gue emang sibuk. Tapi gue kepikiran lo terus, makanya gue nemuin lo disini. Kalo ngga kaya gini, lo pasti ngga akan mau ketemu buat ngobrol”.
Hp Amanda berdering, terlihat wajah Kenzo muncul dilayar.
“Kenzo?” tanya Gio.
Amanda mengangguk.
“Ya Ken” sapa Amanda.
“Udah nyampe rumah?” tanya Kenzo.
“Belum. Aku masih disekolah, kebetulan ada Gio”.
“Gio? Pasti dia nanyain masalah Ramon kan?”.
“Iya”.
“Ya udah deh, nanti aku ke rumah”.
“Ok” jawab Amanda yang kemudian menutup pembicaraan.
“Gue yakin, dibalik masalah ini pasti ada hikmahnya, kita liat aja nanti” celoteh Gio, “ Ya udah balik yuk. Gue cuma pengen liat lo baik-baik aja. Sekarang gue lega, ternyata lo ngga sendirian. Ada Kenzo”.
“Ada elo juga dong” tambah Amanda.
“Iya ada gue. Ayo, entar gue kena bogeman Kenzo lagi, gara-gara bikin lo telat pulang” ledek Gio.
“Sialan lo” ucap Amanda sambil manyun.
Keduanya pun tertawa sambil meninggalkan sekolah.
Ramon dan Sherly,
“Kenapa kamu ngga bilang Mon?” tanya Sherly menahan marah.
Ramon kebingungan untuk menjawab.
“Ramon !” seru Sherly setengah berteriak.
“Ok aku emang salah Sher” sahut Ramon dengan suara keras, sehingga membuat beberapa pasang mata melihat kearah mereka.
“Kamu tau apa yang sekarang Amanda pikir? Dia pasti pikir aku cewek penggoda” cetus Sherly dengan mata berkaca-kaca.
“Aku pengen cerita Sher, tapi tunggu waktu yang tepat. Yang ada dalam pikiran aku saat itu cuma pengen menghibur kamu yang baru aja putus. Sher….aku pengen kamu ngga salah faham”.
“Aku engga salah faham Mon. Amanda yang salah faham. Aku akan jelasin ke Manda kalo kita engga ada hubungan apa-apa. Dan kalian pasti bakal baikan lagi” ucap Sherly.
“Masalahnya……masalahnya aku udah bohong ke Manda. Aku selalu bohong kalo aku lagi bareng sama kamu”.
“Tapi kita kan ngga ngapa-ngapain. Kamu bisa bilang ke Manda, kalo kamu cuma pengen menghibur aku dan kamu ngga kasih tau ke Manda karena kamu engga pengen Manda salah faham”.
Ramon memandang Sherly tanpa bicara.
“Ayolah Ramon, setidaknya kamu berusaha. Walaupun pada awalnya Amanda merasa dibohongi tapi lambat laun dia pasti mengerti dan dia pasti lebih lega karena engga kehilangan orang yang dia cintai”.
“Aku engga bisa Sher. Aku malah akan terus bohong sama Manda” ucap Ramon.
“Ya kamu jangan bohong dong” Sherly kesal.
“Aku juga ngga cuma bohong sama Manda, tapi juga diriku sendiri. Aku engga mencintai Amanda Sherly”.
Sherly semakin bingung, “But Ramon….”.
“Aku….aku…aku cinta kamu Sher, dari dulu” potong Ramon.
Sherly tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya menatap Ramon.
“Maafin aku Sher, kalo aku harus ngungkapin perasaan aku disaat yang ga tepat. Tapi itu yang aku rasain dari dulu. Anggap aku pengecut. Tapi aku harus bagaimana menghadapi kamu yang mencintai Pedro? Aku merasa ngga punya kesempatan. Hingga sekarang kesempatan itu datang…”.
Sherly terdiam, walaupun dia sempat mengharapkan cinta Ramon begitu putus dari Pedro. Namun, jika caranya harus menyakiti Amanda, Sherly merasa tidak yakin.
Ramon meraih tangan Sherly, “Sher…please give me a chance. I Love you…”.
Sherly melepaskan tangan Ramon, dia juga bangkit dari duduknya.
“Sorry Ramon, aku punya hal yang lebih penting buat aku lakukan. Makasih buat minumnya” ucap Sherly.
Kali ini Ramon yang dibuatnya terdiam oleh aksi walkoutnya Sherly. Ayolah Ramon, cepet kejar Sherly !. Ramon tetap duduk terdiam untuk 15 menit kedepan. Dia tahu, dia telah kehilangan semuanya.
Sherly dan Amanda,
Amanda baru saja selesai mandi. Sepulang diantar Gio tadi, Amanda langsung praktek membuat proll tape resep dari bu Lani yang diberikan tadi pagi disekolah. Hhhmm kayanya enak !. Bel rumahnya berbunyi. Pasti Kenzo. Amanda segera berlari membukakan pintu.
“Hai….”.
“Sherly?! Um….”.
“Boleh aku masuk?” tanya Sherly.
Amanda menarik nafas, “silahkan…”.
“Hhhmmm smells good” seru Sherly begitu memasuki rumah.
“Oh, gue tadi abis bikin cake. Sebentar gue ambil ya, mudah-mudahan enak, soalnya nyobain resep baru”.
“Kamu bisa bikin kue?” Sherly tampak surprise, “Wow”.
Amanda berjalan kedapur untuk mengambilkan kue dan segelas teh untuk Sherly.
“Udah lama juga ya, kita ngga spending time together?” teriak Sherly.
Amanda hanya tersenyum, dia membawakan 2 gelas teh dan beberapa potong kue.
“Kamu banyak berubah yah Man”.
“Makin tua kali” jawab Amanda sambil duduk.
Sherly menatap Amanda lekat-lekat dan itu membuat Amanda tidak nyaman. Padahal kedatangan Sherly sendiri sudah membuatnya tidak nyaman.
“Dicoba Sher cake nya” ujar Amanda mencoba menghilangkan ketidaknyamanan dalam dirinya.
Sherly mengambil sepotong kue yang disuguhkan Amanda.
“Hhhmmm enak Man, ini tape yah?”
“Iya” jawab Amanda.
“Coba yang laennya pada disini, pasti kue kamu disikat abis”.
Amanda mencoba tersenyum mendengar celotehan Sherly.
“Aku tau, kamu pasti mikir aku engga tau malu kan? Ramon udah cerita”.
Senyum Amanda sekejap hilang, wajahnya langsung menegang.
“Sorry Sher. Kalo elo datang buat ngebahas hal itu, lebih baik lo pulang” ucap Amanda tegas.
“Manda, aku akan lebih ga punya muka kalo engga nyelsein masalah ini. Aku sama Ramon ga ada hubungan apa-apa, percaya sama aku Manda…” mata Sherly mulai berkaca-kaca, “Setelah putus dari Pedro aku memang berniat mendekati Ramon. Tapi itu pun karena aku pikir Ramon masih single. Kalo aku tau kamu sama Ramon…..aku…aku mana mungkin….”.
“Sher !” potong Amanda, “Udahlah, gue ngga nyalahin elo kok. Jadi lo engga perlu berusaha cuci tangan sama hal yang lo sendiri engga tau. Masalah gue sama Ramon, biar jadi urusan gue sama Ramon aja”.
“Kamu ngga bisa gitu Manda, nama aku ada didalamnya dan aku ngga mau ada kesalah fahaman” desak Sherly.
“Gue ngga salah faham Sher, gue ngerti dan gue makin sadar keberadaan gue buat Ramon. Asal lo tau, Ramon dari dulu mencintai elo sedangkan gue dari dulu mimpiin Ramon. Cinta Ramon ke elo sempet ngga ada harapan waktu lo milih Pedro, makanya Ramon berpaling ke gue yang dulu punya rasa ke ramon. But now, elo free Sher dan Ramon pun merasa harapan akan cintanya hidup lagi” jelas Amanda dengan lantang.
“Tapi kalo caranya mesti nyakitin kamu, aku ngga mau Manda” Sherly mulai terisak.
“Itu terserah elo Sher, mau terima atau engga. Engga ada urusannya sama gue. Yang tau isi hati lo cuma lo sendiri kan?”.
Sherly terdiam sambil melap air matanya. Amanda menarik nafas.
“Sorry Sher kalo gue agak keras. Kan udah gue bilang gue ngga mau bahas”.
“Aku bisa rasain perasaan kamu Manda. Aku juga udah tau tentang kamu dan Pedro dulu…”.
“Sher please, jangan ditambah lagi dengan Pedro. Jika ada cowok yang paling gue benci, ya cuma Pedro” protes Amanda.
Sherly menatap Amanda, “Kamu tau Manda, selama ini aku selalu iri sama kamu”.
“Iri?”
“Iya. Kamu selalu dapet perhatian dari cowok-cowok, dari Gio, Ramon, Kenzo bahkan Pedro. Sedangkan aku harus berusaha mendapatkan perhatian mereka. Mereka selalu bisa berbagi hal dengan kamu, tapi tidak dengan aku. Aku selalu jadi nomor dua”.
“Elo lucu Sher, hal gitu lo iriin? Harusnya lo bersyukur sama apa yang lo punya didiri lo. Lo liat, seorang Ramon bertahun-tahun menyimpan hatinya buat lo”.
“Manda, gue minta lo jujur. Lo masih cinta sama Ramon?”
Tidak ada jawaban dari Amanda, keburu bel pintunya berbunyi. Amanda bergegas membuka pintu.
“Sorry ya telat” ucap Kenzo sambil nyengir.
“Ada Sherly”.
Kenzo langsung memasuki rumah.
“Kenzo ! kesini juga?” sapa Sherly begitu melihat Kenzo.
“Pa kabar Sher?” tanya Kenzo dengan senyum sedikit dipaksakan.
“Baik. Kamu? Kayanya baik juga deh”.
“Ya gitu deh. Kabar Ramon gimana? Baik?” sindir Kenzo.
“Kenzo !” seru Amanda merasa tidak enak.
“Ga apa-apa Man” ucap Sherly.
Amanda lalu kedapur untuk membuatkan teh untuk Kenzo. Suasana begitu hening diruang tamu ketika Amanda kembali untuk membawakan Kenzo teh.
“Kamu ga apa-apa?” tanya Kenzo.
“Engga. Emangnya kenapa?” Amanda balik nanya.
“Mungkin Ken pikir aku bakal nyakitin kamu Man” sela Sherly.
“Bukannya itu kenyataan?” sindir Kenzo lagi.
Amanda melotot kearah Kenzo.
“Sedikitpun aku ga pernah punya niat itu Ken !” sangkal Sherly dengan suara tinggi.
“Ken, udahlah” lerai Amanda, “Sher, mendingan kamu pulang. Bukannya aku ngusir, aku cuma ga mau suasana malah ngga akan enak buat kamu”.
“Baiklah. Makasih Manda atas pengertian kamu” ucap Sherly.
“Sama-sama”.
Amanda lalu mengantar Sherly sampai halaman depan. Setelah Sherly benar-benar hilang dari pandangannya, Amanda kembali masuk ke rumah.
“Lo keterlaluan Ken” omel Amanda.
“Keterlaluan gimana? Mereka yang udah keterlaluan. Kamu tau, Sherly tuh kesini cuma triknya dia biar ngerasa ngga punya salah”.
“Jangan negative thinking dulu” ucap Amanda, “Aku ngga pernah marah sama Sherly, dia cuma kebetulan berada ditempat yang salah”.
“Terserah elo deh. Eh ngomong-ngomong kue nya enak, beli yah?” goda Kenzo.
“Enak aja ! bikin tau !” Amanda mencibir, “Eh Ken, gue baru tau kalo selama ini Sherly iri sama gue”.
“Lo tau, banyak hal yang Sherly patut iri dari elo Man” celoteh Kenzo.
“Maksud lo?” Amanda bingung.
Kenzo baru menyadari ucapannya tadi.
“Hah? Ya….salah satunya….apa ya….” Kenzo pura-pura garuk kepala.
Amanda hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Kenzo.
“Eh Gio ngobrol apa aja?” tanya Kenzo mengalihkan pembicaraan.
“Dia cuma khawatirin gue. Tapi dia bilang sih dia lega setelah liat gue baik-baik aja” jelas Amanda.
“Lo bilang dong, dia boleh tenang karena sekarang ada Kenzo yang jagain elo” celoteh Kenzo.
Amanda menatap Kenzo, tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya.
Kenzo nyengir salah tingkah, “He…he…he…lo mesti nerima Man, karena sekarang cuma gue temen sejati lo”.
Amanda lalu tersenyum, sebenarnya bukan itu yang ingin dia dengar dari Kenzo.
Sunday Morning,
Berkali-kali Amanda mondar-mandir didepan cermin. Sesekali jam tangannya dia lirik. Hari ini Amanda ada janji dengan Kenzo melihat pameran lukisan.
“Kenapa sih tu anak” omel Amanda kesal.
Begitu bel pintu berbunyi, secepatnya Amanda berlari untuk membuka pintu.
“Good. Your late !” seru Amanda.
“Hai….”.
“And your not invited Ramon” ucap Amanda begitu melihat orang yang datang ternyata Ramon.
“Aku tau. Tapi aku perlu bicara Manda” jelas Ramon.
“Buat apa? Buat aku semuanya udah jelas”.
Ramon menarik Amanda untuk memasuki rumah.
“Amanda please, I beg you. Setidaknya denger dulu penjelasan aku”.
Amanda menatap mata Ramon, sambil mencari sisa-sisa perasaannya yang pernah dia rasakan untuk Ramon.
“Aku emang salah Manda, tapi aku engga pernah punya niat buat nyakitin kamu”.
“O ya? Pedro juga bilang hal yang sama. Aneh ya? Ternyata kalian berdua mirip” sindir Amanda.
Ramon menarik nafas, sepertinya apapun yang dia lakukan akan selalu salah di mata Amanda.
“Kamu tau….dari dulu aku mencintai Sherly. Bahkan rasa cinta itu tetap ada ketika aku tau kehormatan Sherly telah diberikan pada orang lain. Waktu aku tau Sherly menjadi wanita bebas, walaupun aku telah memiliki kamu, perasaanku ke Sherly tetap sama….”.
“Cukup Ramon !” potong Amanda, “Kamu ngga perlu jelasin semua itu” Amanda menahan tangis, “Kamu tau rasanya dibodohi? Kamu tau rasanya dikhianati? 2 kali aku mengalami hal yang sama. Pada dua orang itu aku coba percayakan kebahagiaan aku. Tapi apa balasannya?”.
Ramon merasa semakin bersalah, “Maafin aku. Maafin aku”.
Ramon mendekati Amanda, lalu memeluknya. Tumpah semua air mata Amanda di dada Ramon.
“Aku harus bagaimana? Aku harus berbuat apa supaya kamu bahagia” bisik Ramon dengan lembut ditelinga Amanda.
Amanda tidak menjawab, dilepaskannya pelukan Ramon, tetapi Ramon menariknya kembali.
“Oops ! Kayanya ada yang lagi reunian?”.
Ramon dan Amanda kaget mendengar suara yang tiba-tiba datang, terlebih lagi mereka hapal betul pemiliknya.
“Gue ganggu yah?” sindir Kenzo.
“Ken….” Amanda melap air matanya, “Ramon, sebaiknya kamu pergi”.
“Kebetulan ada elo Ken, gue pengen nyelseiin ini sekalian” seru Ramon.
“Gue? Lo punya masalah apa sama gue? Jadi masalah lo sama Manda udah selesai?”.
“Ramon, please aku minta kamu pergi” ucap Amanda sekali lagi.
“Maaf Man, aku pengen ngomong dulu sama Kenzo”.
Dengan langkah yang menantang, Kenzo malah menghampiri Ramon.
“Lo pikir gue takut?”celoteh Kenzo.
“Gue ga lama Ken, gue cuma pengen elo engga manfaatin situasi antara gue sama Manda. Gue tau siapa elo” ancam Ramon.
Amanda langsung melotot mendengar ucapan Ramon.
“Dalam kapasitas sebagai apa lo ngomong gitu?” tanya Kenzo tersinggung.
“Gue peduli sama Manda, dan gue engga akan ngebiarin elo manfaatin dia kaya cewek-cewek laen yang lo manfaatin”.
Kenzo tersenyum sinis, “Heh, yang nyakitin Manda bukan gue, yang ngekhianatin Manda juga bukan gue. Itu semua kan kerjaan lo. Sekarang lo pengen tumpahin kesalahan lo ke gue? Don’t be ridiculous Ramon”.
“Gue tau elo Ken. Akal bulus lo. Lo pikir buat apa gue ngomong kaya gini, kalo engga karena gue tau lo”.
“Lo mulai nyebelin yah Mon” emosi Kenzo makin naik, dia mulai melangkahkan kakinya untuk meninju Ramon.
“Stop ! Semuanya stop !” teriak Amanda, “Kalian pikir kalian siapa? Engga ada satu orang pun yang lebih berhak atas gue. Engga Ramon, engga juga elo Ken. Jadi gue minta lo berdua pergi”.
“Urusan lo sama gue belom selesei” ucap Kenzo sambil mengacungkan telunjuknya pada hidung Ramon.
“O ya? Gue udah ngga sabar” timpal Ramon.
“Please ! Pergi !” teriak Amanda lagi.
Kenzo memandang Ramon penuh emosi, dia lalu pergi tanpa pamit pada Amanda.
“Sekali lagi maafin aku Man” ucap Ramon yang kemudian pergi.
Kini tinggal Amanda yang menangis, dihari dan waktu yang sama dia telah kehilangan 2 orang sahabat.
Unwell – Matchbox 20 Song Lyrics
0 komentar:
Posting Komentar