Love in Between part 3
RS. Bersama
Ramon tampak cemas diruang tunggu rumah sakit. Sherly langsung dirujuk masuk ICU.
“Sherly gimana?” tanya Gio yang baru datang.
“Belom ada kabar Gi” jawab Ramon lemas.
Gio menepuk pundak Ramon, dia tau banget gimana perasaan sahabatnya itu. Tidak berapa lama kemudian Kenzo dan Amanda datang.
“Sherly?” tanya Kenzo cemas.
“Masih di ICU” jawab Gio.
Amanda memandangi Ramon yang tampak begitu khawatir. Kini Amanda sadar betapa besar rasa cinta Ramon pada Sherly.
“Pedro gimana? Udah dihubungi?” tanya Gio.
“Gue..ga tau nomor dia, tadi gue buru-buru banget, jadi ga kepikiran apa-apa” jawab Ramon.
“Emangnya Sherly sakit apa sih? Kok langsung parah gini?” tanya Kenzo.
Ramon memandang kearah Gio dan Kenzo.
“Sherly hamil!” jawab Ramon kemudian.
Gio dan Kenzo saling berpandangan, sedangkan Amanda engga kalah kagetnya.
“Lo yakin?” tanya Gio.
“Sherly yang bilang sama gue” jawab Ramon.
“Terus…..” Kenzo engga sabar.
“Apa sekarang dia keguguran?” Amanda makin khawatir.
Sebelum ada jawaban dari Ramon, dokter telah keluar dari ruangan ICU.
“Dok, gimana keadaan teman saya?” tanya Ramon cemas.
“Apa ada diantara kalian suaminya?” dokter tersebut malah balik nanya.
“Kami semua sahabat dekatnya” ucap Amanda.
“Teman kalian sepertinya melakukan aborsi” Dokter itu menatap wajah Gio, Ramon dan Kenzo satu persatu, “ada infeksi akibat aborsi tersebut dan sepertinya itu membuat teman kalian terus pendarahan”.
“Oh Tuhan” jerit Amanda.
Kenzo langsung mendekati Amanda dan merangkulnya.
“Lalu gimana keadaannya sekarang Dok?” tanya Ramon.
“Kritisnya sudah lewat, tapi untuk sementara belum bisa kalian jenguk” jawab Dokter.
“Terima kasih dok” ucap Gio.
Sepeninggal Dokter, Ramon bergegas pergi.
“Mon, kemana lo?” teriak Gio.
“Gue mesti cari Pedro. Gue yakin pasti dia maksa Sherly buat ngelakuin itu semua” cetus Ramon dengan emosi.
Gio langsung menghentikan Ramon dengan menarik tangannya.
“Bukan kaya gini caranya Mon, lo emosi! Jangan malah nambah masalah” Gio menenangkan.
“Lo rela Gi, Sherly kaya gini?”.
“Gue juga ga rela Mon, tapi dengan cara lo sekarang apa ngga malah memperkeruh masalah” jelas Gio.
“Jika emang ini kehendak Pedro dan Sherly bersedia melakukannya bukankah itu berarti Sherly udah menentukan pilihan” tambah Amanda.
Ramon memandang Amanda tajam, “Elo bisa ngomong gitu, karena lo ngga diposisi kaya Sherly kan?”.
“Eh Mon, jangan seenaknya ngomong ya” bela Kenzo.
“Gue mungkin lebih beruntung dari Sherly, tapi gue pikir Sherly punya banyak pilihan dan yang dia pilih adalah Pedro” balas Amanda.
“Udahlah….apa-apaan sih kalian? Ini rumah sakit. Kita ngobrol dikantin aja” lerai Gio.
Gio merangkul pundak Ramon.
“Gue ngga ikut, gue tunggu disini aja” ucap Amanda.
“Ayolah Man, kita tenangin dulu dikantin” bujuk Kenzo.
Gio memperhatikan gerak-gerik Kenzo.
Dengan bujukan Kenzo akhirnya Amanda pun mengikuti ketiga temannya, walaupun dalam hatinya masih kesal dengan Ramon.
Amanda faham benar Ramon pastilah sangat terpukul, tapi itu tidak membenarkan sikapnya tadi.
Hp Gio bunyi, nama Sherly muncul dilayar ponsel.
“Gue rasa Pedro”.
“Sini gue yang terima” seru Ramon.
“Ngga usah, biar gue” ucap Gio.
“hallo…”.
“Gio?”.
“Iya. Lo Pedro?” Gio balik nanya.
“Iya. Um…gue kerumah Sherly tapi ngga nemuin dia. Gue cari kemana-mana tapi ngga ada. Gue liat Hp Sherly ngga dibawa, gue iseng nyoba nelpon lo siapa tau Sherly lagi bareng sama lo”.
“Iya Sherly ada bareng gue di RS. Bersama. Dia kritis. Kalo lo bener-bener cowok, gue harap lo datang kesini”.
Ga ada jawaban dari Pedro, sepertinya dia memutuskan telponnya.
“Apa dia mau kesini?” tanya Ramon.
“Ga tau. Telponnya diputus” jawab Gio.
“Gue yakin tu cowok terlalu pengecut buat datang” maki Ramon.
“Kalo dia datang gue minta lo jangan emosi. Demi Sherly Mon” ucap Gio.
Kenzo membawakan kopi untuk Amanda.
“Kenapa lo mesennya buat Amanda doang?” sindir Gio.
Kenzo tidak memperdulikan ucapan Gio. Ramon melirik kearah Amanda, dia kembali teringat akan foto yang diambilnya kemarin, dan itu membuatnya kembali tersadar, kalau dia telah menyakiti Amanda tadi.
“Mau kemana?” tanya Kenzo yang melihat Amanda beranjak dari duduknya.
“Ke toilet” jawab Amanda.
Engga berapa lama Amanda ke toilet, Ramon pun menyusulnya. Melihat hal tersebut Kenzo pun berniat mengikuti Ramon, tetapi tidak jadi karena Gio menghentikannya.
Amanda kaget begitu dia keluar dari toilet, Ramon sudah berdiri menunggunya. Amanda mencoba mengacuhkannya.
“Manda !” seru Ramon, “Um….maaf”.
Amanda menoleh kaget, namun tidak berkata apa-apa.
“Sorry…atas ucapan gue tadi….”.
Amanda tetap diam, hatinya masih dongkol. Ramon memberanikan diri menatap Amanda, dan semuanya jadi terasa asing.
“Foto…”.
‘DEG’. Jantung Amanda langsung berdegup kencang begitu Ramon menyebutkan foto. Apakah Ramon mengambilnya?
“Sorry Mon, gue mo nunggu Sherly disana” ucap Amanda buru-buru.
“Manda” seru Ramon lagi.
Amanda pura-pura tidak mendengar, perasaannya semakin kalut. Dan Ramon yakin Amanda berusaha menghindar darinya. Ketika Amanda setengah berlari menuju ruangan ICU, Amanda menubruk Pedro.
“Auw!” Amanda memegang bahunya yang sakit.
“Maaf. Kamu ga apa-apa?”.
Amanda langsung mendongakkan kepalanya begitu mengenali suaranya.
“Manda?!” seru Pedro kaget.
Amanda yang kalah kaget, dengan reflex tangannya menampar Pedro.
“Itu mungkin cuma hal kecil yang bisa aku lakukan untuk Sherly” omel Amanda.
Pedro memegangi pipi kirinya yang ditampar Amanda.
“Aku emang salah Man, kamu berhak benci aku, tapi asal kamu tau, aku benar-benar peduli sama Sherly”.
Amanda menatap Pedro dingin, dia sama sekali tidak mempercayai ucapan Pedro.
“Jadi lo berani juga ya datang kesini” seri Ramon sambil melayangkan tinjunya kemuka Pedro.
“Ramon !” teriak Amanda mencoba mencegah, namun terlambat karena bogem Ramon terlanjur mendarat di pipi Pedro.
Pedro yang tidak menerima perlakuan Ramon, dia pun segera melakukan balasan, dengan cepat Amanda berlari ketengah-tengah mereka, akhirnya Amanda lah yang terkena pukulan Pedro. Dan….tumbanglah Amanda.
Kenzo Apartement
“Gio?!” seru Kenzo agak surprise, “tumben lo malem-malem kesini? Ada angin apa?”.
“Kenapa emang? Lo keberatan?” Gio balik nanya.
“Ya engga lah, cuma aneh aja. Ini kan hari kerja, biasanya lo sibuk banget” sindir Kenzo.
Gio nyengir, “Lagi ngapain lo?”.
“Ya…biasa….ngecheck email trus browsing”.
Gio melangkahkan kakinya memasuki ruangan.
“Gue malah sempet bingung, schedule lo biasanya kan padat Ken”.
Kenzo tersenyum menanggapi sindiran Gio.
“Mungkin lo beruntung aja ketemu gue ni malem, gue lagi males keluar”jawab Kenzo, “Eh dah dapet kabar dari Sherly?”
“Harusnya lo tanya Ramon, bukan gue” jawab Gio.
“Ramon? Males gue ngomong ama tu anak” ucap Kenzo, “Ya… lo tau lah sejak kejadian yang nimpa Sherly, Ramon jadi sensitive banget”.
“Gue denger terakhir, Sherly dah keluar dari RS. Tapi yang gue ga abis pikir, kenapa si Sherly sampe dibutain sama perasaan cintanya ke Pedro” jelas Gio.
“Itu makanya gue ga mau jatuh cinta”.
“Yakin? Gue berani taruhan, elo ga akan bisa ngehindar dari virus cinta”.
Kenzo cengengesan, sekelebat wajah Amanda melintasi pikirannya.
“Btw, gue kemaren nelp Ramon” ucap Gio.
“Oya? Pa kabarnya tu orang” tanya Kenzo agak malas.
“Ya….gitu aja sih, masih terpukul banget gara-gara Sherly milih Pedro”.
“Sherly juga sih, cowok kaya Pedro jelas-jelas brengsek. Gue pikir, cowok yang paling brengsek didunia ini cuma gue, eh ada si Pedro” celoteh Kenzo.
“Setidaknya dia punya seseorang yang cinta mati. Dan elo engga” ledek Gio.
“Itulah yang ngebedain gue sama Pedro Gi, dia nekat, dan gue masih pake akal sehat”.
Gio tertawa, “sampe kapan lo bakal lari Ken?”.
Kenzo mengkerutkan keningnya.
“Jangan sampe lo telat menyadari, dan lo bakal berakhir kaya Ramon”.
“Hei…What’s the point?” Kenzo merasa percakapannya berujung pada hal yang dia tidak suka.
“You know exactly what I’m talking about” jawab Gio.
Kenzo menatap Gio, “Jadi ini tujuan lo datang? Huh…berarti feeling gue bener”.
“Gue ga ada maksud apa-apa Ken, apalagi ikut campur. Tapi karena gue tau elo, makanya gue pengen klarifikasi aja” jelas Gio.
“Apa yang lo takutin Gi? Gue?”.
“Yang gue takutin persahabatn kita Ken” jawab Gio, “Belakangan ini gue perhatiin lo. Gue sih setuju aja kalo lo bener-bener serius sama apa yang lo rasain, tapi kalo lo cuma punya plan buat have fun doang, lebih baik ga lo lakuin”.
“Kalo gitu lo bisa tenang, gue belom punya plan apa-apa” jawab Kenzo.
“Lo harus tau Ken, cinta ga bisa lo rencanain. Tanpa lo sadari, lo udah punya rasa itu”.
Kenzo menarik nafasnya dalam-dalam, sebersit keraguan mulai menyerang dirinya.
“Sorry Gi, gue….cape banget. Gue pengen istirahat. Next time aja kita ngobrol lagi”.
Gio memandang Kenzo merasa ga enak.
“Ok. Gue balik dulu. Tapi asal lo tau, buat gue kalian tuh udah kaya keluarga gue sendiri”.
Kenzo mencoba tersenyum, walaupun hasilnya malah terkesan aneh. Sepeninggal Gio, Kenzo malah semakin gelisah. Ucapan Gio membuatnya tidak bisa memejamkan matanya. Sebenarnya Kenzo tidak bermaksud menyepelekan niat baik Gio, tapi dikarenakan dia sendiri masih belum yakin dengan apa yang dia rasakan. Mungkin Gio boleh aja cemas, mengingat Kenzo memiliki background percintaan yang tidak bagus. Kenzo sendiri mengakui dirinya mungkin bukan pria baik, bagi wanita baik-baik. Dengan kata lain, Kenzo tidak pernah bisa serius dalam hal cinta, buatnya yang penting sama-sama senang. Namun Amanda…., Kenzo sadar beberapa hari terakhir keberadaan Amanda seperti magnet untuknya. Jika pada awalnya hanya gurauan tapi semakin hari Kenzo semakin tertarik untuk selalu berada didekatnya.
‘DAMN’ Kenzo merutuk dalam hati, ‘Gio bener. Kalo gue kaya gini terus, persahabatan ini bakal hancur. Amanda berhak dapetin cowok baik-baik, bukan kaya gue’. Kenzo benar-benar kalut, dia lalu meraih kunci mobilnya dan pergi.
Roti Bakar Gurih, 20.23
Kenzo memarkirkan mobilnya, rasa penasaran melihat kerumunan orang membuatnya memutuskan untuk menhentikan mobilnya. Rotinya kaya yang enak’ guman Kenzo dalam hati. Dia pun segera turun dari mobilnya kemudian menerobos kerumunan orang yang mengantri.
“Amanda?!” seru Kenzo kaget.
Amanda pun tidak kalah kaget, namun kemudian dia tersenyum.
“Elo kok bisa kesini?” tanya Amanda.
“Gue lagi cari angin, trus ngeliat ni tukang roti rame banget, makanya mampir” jelas Kenzo.
“Owh…Lo baru kesini ya?” tanya Amanda lagi.
“Malahan gue baru kali ini lewat jalan ini” celoteh Kenzo.
“Lho? Ini kan jalan mau kerumah gue, emang lo ga pernah lewat sini?” tanya Amanda merasa aneh.
“O iya ya”.
Kenzo memang tidak pernah lewat jalan ini, walaupun lewat jalan ini lebih dekat tapi selalu aja macet. ‘Tapi, kenapa gue bisa sampe sini? Apa tanpa disadari gue sedang menuju rumah Amanda?’
“Lo mo beli rasa apa? Gue pesenin sekalian” tanya Amanda.
“Hah? Um…gue ga tau apa yang favorit disini” Kenzo kikuk. ‘DAMN ! Kenapa mesti kikuk gini sih !’.
“Ya udah lo nyobain punya gue aja dulu, entar kalo suka lo bisa beli sendiri” ucap Amanda.
Kenzo menunggu didekat mobilnya. ± 8 menit Amanda menghampiri Kenzo sambil membawa sebungkus roti bakar.
“Itu rasa apa?” tanya Kenzo.
“Coklat keju” jawab Amanda, “nih gue juga beli kopinya. Roti bakar tanpa kopi kurang nikmat”.
Kenzo tersenyum sambil menerima kopi yang diberikan Amanda.
“Keliatannya memar bekas bogeman Pedro udah sembuh” sindir Kenzo.
“Gue punya obat cukup manjur” jawab Amanda sambil memberikan rotinya pada Kenzo.
“Uhmmm ternyata ini roti worth it banget buat dicoba”.
Amanda tersenyum, “Sebenernya lo mo kemana lewat sini?”.
Kenzo langsung terbatuk-batuk mendengar pertanyaan Amanda.
“Lo ga apa-apa?”.
“Um…he…he…ga apa-apa. Um…gue sendiri lagi bingung mau kemana” jawab Kenzo sambil berusaha menghindari tatapan Amanda.
Baru kali ini Amanda melihat Kenzo kaya orang linglung. Kenzo yang selama ini di kenal selalu percaya diri dan yakin dengan apa yang dia lakukan.
“Kenapa lo ngeliatin gue kaya gitu? Emangnya aneh kalo ada orang lagi cari angin?” tanya Kenzo makin risih.
“Ternyata seorang Kenzo bisa nervous juga” ledek Amanda.
“Udah deh, ga usah ngeledek. Lagian siapa yang nervous?” bantah Kenzo.
“Elo lagi naksir cewek ya?”.
Kenzo kembali terbatuk-batuk mendengar pertanyaan Amanda.
“Lo kenapa sih? Jangan-jangan bener lo lagi naksir cewek” selidik Amanda.
“Apaan sih lo. Jangan asal nuduh ya…”.
Amanda cengar-cengir, “Ayo dong kasih tau, kali ini cewek mana yang jadi inceran lo. Penasaran gue, apalagi ni cewek sampe bikin lo linglung”.
“Ga ada. Gue ga naksir siapa-siapa” bantah Kenzo.
Amanda mengkerutkan keningnya, tidak percaya.
“Manda, ini serius ya. Menurut lo pribadi, setelah selama ini kenal gue, gue itu dimata lo kaya gimana sih?”.
“Tu kan, lo kok jadi aneh gini sih” seru Amanda.
“Please Manda, jawab aja pertanyaan gue” Kenzo gemas.
“Iya-iya. Um…kalo menurut gue, elo tuh sebagai temen bener-bener nyenengin….”.
“Man, gue minta pendapat lo sebagai perempuan menilai laki-laki. Bukan temen” potong Kenzo.
“Owh…um…gimana yah” Amanda jadi bingung sendiri.
“Gini deh, misalkan nih, lo punya sodara cewek. Trus gue naksir sama sodara lo itu, apa yang lo lakuin?”.
“Hah? Lo emang pernah ketemu sodara gue?” tanya Amanda.
“Misalkan Manda, misalkan” ujar Kenzo makin gemas.
“O I see….ya….gue suruh lo cari cewek laen aja buat lo taksir, jangan sodara gue”.
“Kenapa? Emangnya gue kenapa?” pancing Kenzo.
Amanda diam menatap Kenzo, perasaannya mengatakan ada yang aneh dengan Kenzo.
“Are you Ok?”.
“Apa menurut lo gue ga qualified Man?” tanya Kenzo.
“Ya…bukan gitu Ken, sebagai temen, lo cukup baik. Tapi sepengetahuan gue kalo sebagai pacar elo tuh….”.
“Brengsek” potong Kenzo.
Amanda kaget, “Um….lo kenapa sih Ken?”.
Wajah Kenzo langsung murung, “Ngga. Udahlah, udah malem, lo gue anter pulang”.
Sepanjang perjalanan pulang Kenzo bungkam seribu bahasa, bahkan ketika Amanda mengajaknya bercanda Kenzo hanya tersenyum yang dipaksakan.Ramon dan Amanda
Jam pelajaran telah selesai. Murid-murid Amanda berhamburan pulang. Ada beberapa yang masih tinggal, mereka berusaha mendapatkan perhatian Amanda. Dan dengan sabar Amanda menemani mereka hingga akhirnya mereka pulang. Setelah membereskan kelasnya, Amanda bergegas pulang. Namun langkah kakinya terhenti begitu melihat pria berbadan tinggi dan tegap berdiri diseberang sekolah.
“Hai” sapa Ramon seraya tersenyum.
“Tumben?!”.
“Gue dari tadi merhatiin lo disini. Bener kata Kenzo, ternyata seorang Amanda bisa beda banget kalo lagi bareng anak-anak” ucap Ramon.
Amanda tersenyum kikuk, dan entah untuk alasan apa tiba-tiba jantungnya berdebar keras.
“Gue mo ngajak lo makan siang, mau ya?”.
“Um….” Amanda sempat bingung, “Ok”.
Senyum Ramon mengembang.
“Gimana kabar lo?” tanya Amanda agak ragu.
Ramon menarik nafas, “Seperti yang lo liat, terus menjalani hidup”.
“Lo pasti suatu saat akan bahagia Mon. Asal lo yakin” ucap Amanda mencoba membesarkan hati Ramon.
Ramon tersenyum, “Iya. Gue dari dulu terlalu terobsesi sama satu orang aja. Sampe ga nyadar kalo ada orang lain yang lebih berharga tapi ga pernah gue peduliin”.
Amanda langsung menoleh tanpa berkata apa-apa.
“Eh, lo mau makan apa?” tanya Ramon.
“Terserah lo aja” jawab Amanda dengan perasaan yang kalut.
“Western aja yah Man. Gue tau tempat steak yang enak”.
Amanda mengangguk, debar jantungnya semakin tidak menentu. Mereka kemudian menuju restoran yang disebut Ramon steak nya enak.
“Nih dia tempatnya” seru Ramon sambil memarkirkan mobilnya.
“Lo sering kesini?” tanya Amanda.
“Engga juga, abis gimana yah…., ntar deh lo liat sendiri” jawab Ramon.
Amanda memasuki resto steak yang Ramon rekomendasikan. Tempatnya bagus atau malah terkesan romantis. Selain terkesan private, kebanyakan yang datang kesini adalah berpasangan. Kini Amanda mengerti apa yang dimaksud Ramon. Tapi kenapa Ramon mengajak gue kesini?
“Kalo gue datang sendiri kesini kan garing. Trus, kalo bareng anak-anak, entar malah bikin ribut dan ngeganggu yang laen” cetus Ramon.
Amanda berusaha tersenyum, walaupun sebenarnya jantungnya semakin berdebar tidak menentu. Ternyata Ramon telah reservasi tempat, dan tempat yang dipesannya memiliki view yang indah.
“Harusnya gue ngajak dinner bukan lunch yah. Man, weekend nanti kita dinner disini yuk” ajak Ramon.
Amanda tidak menjawab, dia pura-pura melihat pemandangan diluar.
“Sebenernya gue pengen ngembaliin ini sama lo” Ramon menyerahkan foto yang waktu itu diambilnya dari album Amanda.
Jantung Amanda seakan berhenti seketika. Ramon yang melihat ketegangan pada raut muka Amanda langsung meraih kedua tangan Amanda, yang ketika itu memang ada diatas meja.
“Maafin gue Man, harusnya dari dulu gue menyadarinya, gue malah terlalu buta sama obsesi gue..”.
“Udahlah Mon, ga perlu minta maaf. Kalo lo emang merasa ga enak setelah baca tulisan dibelakang foto, tenang aja. Itu udah lama berlalu” sela Amanda dengan suara bergetar.
Ramon menatap Amanda. Jika dia seringkali melakukannya, entah mengapa kali ini ada perasaan lain ketika menatap wanita yang ada dihadapannya. Amanda tampak berbeda. Kedatangan pelayan menyelamatkan situasi yang tidak mengenakan diantara keduanya. Amanda membiarkan Ramon memesankan untuknya, setelah itu suasana kembali hening.
“Ramon, foto itu ga perlu lo kembaliin. Itu punya lo yang gue ambil diem-diem waktu perpisahan SMA”.
Ramon menghela nafas, “Manda, kamu harus tau, kalo aku ga pernah nemuin foto itu, selamanya aku engga akan sadar dan mungkin hingga saat ini aku masih terobsesi sama Sherly. Please Manda, kasih aku kesempatan”.
Kerongkongan Amanda tercekat. Bukan hanya dikarenakan impiannya dari SMA seakan telah ada dalam genggamannya, tapi juga karena perubahan yang terjadi dalam penggunaan aku dan kamu. Bagi Amanda hal tersebut begitu pribadi.
“Ga perlu dijawab sekarang, kita makan aja dulu” ucap Ramon.
Tidak berapa lama, pelayan datang membawa pesanan makanan. Namun Amanda sedikitpun dia tidak kuasa menelan makanan yang dihadapannya.
“Bagaimana?” tanya Ramon ketika selesai makan.
“Um…makanannya enak” jawab Amanda walaupun tidak yakin.
Ramon tertawa, “Maksud aku jawabannya”.
Amanda jadi malu sendiri, “Sorry, aku pikir makanannya”.
“So….” Desak Ramon.
Amanda menari nafas, “Aku ga bisa jawab sekarang”.
“Kenapa? Apa aku kurang meyakinkan?” tanya Ramon.
Tiba-tiba saja Amanda merasa tersinggung dengan pertanyaan Ramon.
“Kenapa lo mesti nanya gitu? Selama ini apa pernah gue maksain apa yang gue rasain ke elo?” ucap Amanda sinis.
Ramon engga menjawab, dirinya merasa malu.
“Lebih baik lupain ini semua Mon. Thanks buat lunch nya” ucap Amanda lalu pergi.
“Amanda !” panggil Ramon.
Amanda tidak perduli, dia terus saja berjalan keluar restoran.
“Amanda ! Aku akan nunggu kamu sampai kamu merasa siap. Please kasih aku kesempatan. Aku ga mau selamanya menyesali Manda” teriak Ramon.
Beberapa pasang mata memandang kearah keduanya. Amanda menghentikan langkahnya, jantung berdegup makin kencang ketika mendengar perkataan Ramon tadi. Seharusnya Amanda merasa bahagia saat ini, tapi dia malah tidak nyaman.
“Please….I’ll be kneel for you if that’s needed” tambah Ramon yang kini ada dihadapannya.
Bibir Amanda kelu, ditambah lagi tiba-tiba bayangan Kenzo melintas dibenaknya.
“Amanda….Please” ulang Ramon.
Amanda lalu memberikan senyum manisnya pada Ramon.
“Really?” tanya Ramon seakan tidak percaya.
Amanda menganggukan kepalanya. Ramon bersorak histeris seraya memeluk Amanda.
“Thank you” bisik Ramon dengan lembut ditelinga Amanda.
Café Coffee,
Kenzo menghentikan sesaat langkahnya begitu melihat Amanda. Ketika siang tadi, Kenzo medapat telpon dari Gio untuk hang out bareng. Gio bilang ada café baru yang menyuguhkan aneka macam kopi. Kenzo pun sepakat untuk bertemu sepulang kerja. Kenzo sempat berpikir kalau pertemuan itu hanya bertiga, tanpa kehadiran Amanda. Sejak pertemuannya di tempat roti bakar, Kenzo tidak pernah lagi bertemu, atau berusaha menghubungi Amanda.
“Ken, sini !” teriak Ramon.
Amanda menoleh begitu Ramon meneriakkan nama Kenzo. Ada rasa gelisah menyeruak dihati Amanda. Perasaan yang bercampur kerinduan atas semua kenyamanan dan kelucuan yang selalu diberikan Kenzo.
Kenzo tersenyum, walaupun terkesan dipaksakan.
“Gio mana? Gue pikir dia udah datang” Kenzo berusaha menutupi kegundahannya.
“Dia bilang agak telat, ada meeting dadakan katanya” jawab Ramon.
“Hai…” sapa Kenzo pada Amanda.
Amanda pun tersenyum canggung, “Hai…”.
Ramon meraih tangan Amanda dengan mesra, seakan ingin menunjukkan pada Kenzo mengenai status mereka. Melihat hal tersebut, jelaslah Kenzo cukup kaget. Suasana pun jadi tampak canggung dan kini Amanda bingung harus bersikap bagaimana, untunglah Gio akhirnya datang menyelamatkan suasana.
“Sorry-sorry gue telat. Dah pada lama nunggu?” tanya Gio cengengesan.
“Lumayan” jawab Kenzo dingin.
“Lho? Belom pada mesen?” tanya Gio lagi.
“Kita tuh nungguin elo, kan elo yang rekomendasiin ini tempat” seru Ramon.
Gio memandang ketiga temannya dan dia langsung menangkap keganjilan disitu.
“Ngapain lo ngeliatin gue kaya gitu?” tanya Amanda.
“Ngga…., perasaan tadi gue cuma nelpon Kenzo sama Ramon doang”.
“Oh…jadi elo keberatan kalo gue ikutan?” Amanda merasa tersindir.
“Ya….enggalah, masa ada cewek secakep lo ditolak” sanggah Gio sambil tersenyum.
“Eh maksud lo apa, pake sok ngerayu segala” protes Ramon sambil merangkul Amanda.
Gio semakin menangkap keganjilan yang ada, “Wait….is there something new here, that I don’t know yet?”.
Ramon cengar-cengir, Amanda tampak resah, dan Kenzo malah pura-pura acuh.
“Gue sama Manda sepakat buat jalan bareng” akhirnya Ramon mendeklarasikan hubungannya.
Gio terbengong-bengong mendengarnya, terutama Kenzo. Berita tersebut seakan vonis mati yang disampaikan oleh dokter.
Gio lalu memandang kearah Amanda, seakan menunggu pernyataannya.
“Um…iya….” Amanda mengangguk, membenarkan.
Gio lalu melirik Kenzo yang masih shock mendengar pernyataan Ramon dan Amanda.
“Sejak kapan?” tanya Gio kemudian.
“Kurang lebih 3 minggu” jawab Ramon.
Amanda menatap Kenzo dengan rasa bersalah. Walaupun sebenarnya dia sendiri tidak mengerti mengapa harus merasa bersalah pada Kenzo.
“Great ! Kalo gitu mesti dirayain dong” seru Gio berusaha mencairkan ketegangan.
“Yups. Lets party !” tambah Kenzo dengan semangat.
Ramon tersenyum lega, awalnya dia sempat ragu jika Kenzo dan Gio akan menerima hubungannya dengan Amanda dengan alasan persahabatan. Sedangkan Amanda sedikitpun tidak merasakan lega, terlebih lagi begitu melihat reaksi Kenzo yang menurutnya berlebihan. Kenzo memesan Crystal champagne saking bersemangatnya.
“Wait Ken, it’s too early” ucap Ramon.
“Hei…There is no too early for celebrating” kilah Kenzo.
“Ramon bener Ken, masih terlalu pagi buat minum” Gio membenarkan.
“Come on guys, Kita bukan ABG lagi kan? Ok kalo kalian ga pada mau, biar buat gue aja”.
Kenzo menuangkan champagne kedalam gelasnya.
“Untuk kebahagiaan Amanda dan Ramon semoga happy ending sampe kakek-nenek” seru Kenzo yang kemudian langsung meneguk habis minumannya.
Ramon tersenyum, “Thanks. Gue ga akan pernah menyia-nyiakan Amanda. Itu janji gue sama kalian”.
Gio tersenyum, sedangkan Kenzo menatap kosong seraya menuangkan lagi champagne kedalam gelasnya yang kosong.
“Satu lagi, buat Sherly karena dia juga kan temen kita. Semoga dia dibukakan hatinya kalo Pedro cowok brengsek” tambah Kenzo sambil tertawa.
Amanda mengambil botol champagne dari tangan Kenzo kemudian menuangkan kedalam gelasnya.
“Buat Kenzo. Gue berharap elo menemukan cinta lo dan hidup bahagia selamanya”.
Untuk sesaat semuanya terdiam menatap Amanda, tapi kemudian Kenzo terkekeh.
“Don’t worry about me princess. An asshole like me never feel lonely, will see…”.
“Ya udah. Enough buat toastnya. Gue laper” celetuk Gio yang kemudian segera memanggil pelayan.
Sementara itu Kenzo beranjak dari tempat duduknya dan mendekati 2 orang wanita yang baru saja datang. Ketiga temannya hanya memperhatikan kelakuan Kenzo.
“Tu anak ga pernah berubah ya, makin parah malah” celoteh Ramon.
“Makin parah?” Amanda tidak mengerti.
“Iya, makin tua bukannya insyaf malah makin jadi. Aku pikir kemaren-kemaren dia udah lumayan insyaf, tapi ternyata salah” tembah Ramon.
“Ya udahlah, biarin aja. Udah gede ini” komentar Gio, “By the way, gimana ceritanya sampe bisa kalian pacaran dibelakang gue”.
Ramon senyum-senyum malu begitu juga Amanda. Kemudian Ramon pun menceritakan seluruh kejadiannya. Sementara itu pandangan Amanda tidak bisa lepas dari Kenzo dan wanita itu.
“Guys…sorry, gue cabut duluan” pamit Kenzo.
“Kemana lo?” tanya Gio sambil melirik ke cewek cantik disamping Kenzo.
Kenzo cengar-cengir, lalu dia membungkukkan badannya dan membisikkan sesuatu ketelinga Gio.
“Terserah lo deh, tapi masa sih lo tega ngorbanin waktu nongkrong kita?” ucap Gio.
“Ya ampun…Kita kan sering ketemu. Sorry Mon gue tinggal dulu ya…” pamit Gio sekali lagi.
Kenzo sekilas menatap Amanda dan mata mereka bertemu. Amanda berusaha menahan Kenzo lewat bahasa matanya, tapi sepertinya Kenzo tidak perduli.
“Dia ngomong apa Gi?” tanya Ramon begitu Kenzo pergi.
“Tu cewek ngajak private party didaerah kemang”.
“Private party? Gila ! baru kenal langsung diajak? Hebat tuh anak daya pikatnya” celoteh Ramon.
“Dia kenapa ya” tanya Gio merasa heran.
“Kenapa emang?” Ramon malah bingung.
Gio menggeleng sambil melirik Amanda yang kelihatan gelisah.
“Lo sakit Man?” tanya Gio.
Amanda kaget, dia tidak menyangka kalau Gio memperhatikannya.
“Um….sedikit ga enak badan. Aku pulang duluan yah Mon” pinta Amanda.
“Ya udah aku anter pulang”.
“Ga usah. Gio sendirian, udah gitu baru datang lagi. Aku bisa pulang sendiri”.
“Ya ampun Man, nyantai aja lagi. Mon, lo anter Manda balik dulu, tapi entar lo balik lagi kesini” ucap Gio.
Ramon memegang kening Amanda, memastikan suhu tubuhnya. Walaupun suhu tubuh Amanda normal, Ramon tidak banyak komentar.
“Yuk..” ajak Ramon, “Sorry Gi, gue tinggal dulu. Entar gue balik lagi”.
Gio tersenyum.
Kenzo Apartement,
Kenzo terpaksa berbohong didepan teman-temannya tadi. Walaupun tidak sepenuhnya bohong, memang benar tadi dia diajak ke private party tapi Kenzo menolaknya. Dia hanya ingin secepatnya pergi dari situ. Kenzo merebahkan tubuhnya kekasur. Sejak melihat Amanda dan Ramon, ditambah lagi mendengar peryataan keduannya, sebenarnya kenzo ingin tumbang seketika. Hatinya merasakan sakit yang tidak dia mengerti.
Apa ini yang disebut patah hati? Kenzo bahkan tidak menyadari air mata yang menetes dipipinya.
“Gue ga relaaaaa !” teriak Kenzo.
Wajah Amanda semakin membayanginya, kedua tangannya memegang dadanya. Rasanya benar-benar menyiksa. Seperti luka yang menganga dan mengeluarkan darah dari hatinya. Mata Kenzo mencari botol champagne yang dia ambil dari lemari es tadi. Botol tersebut ternyata ada dimeja, samping tempat tidurnya. Kenzo bangun untuk mengambilnya, tapi bel kamarnya berbunyi. Awalnya kenzo tidak peduli, tapi setelah bunyi yang ketiga kali berhenti, rasa penasaran muncul. Pastilah bukan Gio ataupun Ramon, karena dia yakin mereka taunya Kenzo tidak akan pulang ke apartemennya.
Sambil memegangi dadanya dan berjalan dengan terhuyung, Kenzo berusaha menggapai pintu untuk membukanya. Tidak ada siapapun ! Kenzo berjalan keluar untuk memastikan pendengarannya masih berfungsi dengan baik. Begitu melihat kearah lift, Kenzo mendapati seorang wanita yang termenung menghadap lift. Menyadari kehadiran kenzo, wanita itu menoleh.
“Kenzo !”.
“Amanda ?! Ngapain kesini? Ramon….Gio….?” tanya Kenzo bingung.
“Aku sendiri” jawab Amanda.
Amanda menatap Kenzo yang tampak kacau sekali, seingatnya baru kali ini dia melihat Kenzo seperti ini.
“Manda……” seru Kenzo dengan air mata yang menetes perlahan.
“Maafin aku Ken” ucap Amanda terbata-bata.
Untuk kesekian kalinya Amanda tetap tidak mengerti mengapa dia harus meminta maaf seperti ini.
Kenzo termenung, kepalanya yang dipengaruhi minuman benar-benar membuatnya tidak bisa fokus.
“Lebih baik kamu pulang. Kondisi ku ga baik buat kamu sekarang Manda” ucap Kenzo.
Amanda malah menarik kenzo untuk masuk.
“Kamu apa-apaan Manda” teriak Kenzo marah.
Amanda menutup pintunya.
“Aku juga ga ngerti ! Aku ga ngerti kenapa aku merasa bersalah sama kamu, aku ngga ngerti kenapa aku harus minta maaf. Aku ngga ngerti sama diri aku sendiri Kenzo, makanya aku datang kesini?” Amanda balas teriak.
Untuk beberapa saat Kenzo terdiam, ingin rasanya dia berlari kearah Amanda dan memeluknya. Tapi, jika ingat wajah Ramon tadi, Kenzo pun mengurungkan niatnya. Amanda berjalan mendekati Kenzo, kemudian dipeluknya Kenzo dengan erat. Hawa hangat tubuh Amanda mengalir cepat kesekujur tubuh Kenzo. Mungkin sudah ratusan wanita yang dipeluknya tapi tidak pernah dari mereka yang memberikan efek yang sedahsyat ini pada tubuhnya. Nyeri yang tadi dia rasakan dihatinya seakan hilang seketika. Dibelainya rambut Amanda dengan lembut.
“Bagaimana kamu tau aku ada di apartement?” bisik Kenzo dengan lembut ditelinga Amanda
“Aku engga tau. Aku hanya ingin kesini” jawab Amanda.
“Sekarang, apa yang kamu harap dari aku Manda?”.
“Jangan pernah lepaskan aku”.
“Apa kamu mau melepaskan Ramon?” tanya Kenzo lagi.
Amanda melepaskan pelukannya, pertanyaan Kenzo membuatnya kembali teringat akan Ramon, pria yang sejak dulu selalu dia impikan.
“Aku bukan pria yang diam-diam kamu cintai sejak dulu Manda. Sekarang Ramon ada dihadapanmu, pria itu membalas cinta mu. Isn’t it a dream come true?”.
Amanda menoleh kearah Kenzo. Kenzo memang benar, ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Tapi begitu teringat Kenzo, mengapa Amanda merasa tidak rela. Kebersamaannya beberapa minggu belakangan ini selalu membayanginya. Namun Ramon……, Ramon adalah kenyataan yang harus dihadapi karena Amanda telah sepakat memberikan kesempatan pada Ramon.
“Udahlah, kamu ga perlu merasa bersalah. Aku sendiri ga bisa kasih garansi tentang perasaanku. Aku sayang sama kamu dan itu ga akan berubah, walaupun kamu sama orang lain. Apalagi aku percaya Ramon pasti bisa jaga kamu dengan baik”.
Amanda menitikkan air mata, “Can I keep you too?” suara Amanda hampir tidak terdengar.
“Why? Manda, you know it will hurt each other”.
“Please….just answer !” desak Amanda menahan tangis.
Kepala Kenzo semakin berdenyut, tentunya sangat tidak baik memberi keputusan dalam keadaan seperti ini. Kenzo melirik jam tangannya. Pukul 00.25.
“Kamu mau nginep disini? I’m not capable on driving right now. Tidurlah dikamar, aku tidur di sofa. Please….lebih baik kita tunda pembicaraan ini” ucap Kenzo.
Amanda diam. Baru kali ini dalam hidupnya dia tidak yakin akan apa yang dilakukannya.
“Ayolah Tidur sana. Is getting night….” Ucap Kenzo lembut.
Entah mengapa dia menuruti perkataan Kenzo. Rasa canggung pun menyerang begitu memasuki kamar kenzo.
“Kenapa?” tanya Kenzo yang melihat Amanda menghentikan langkahnya.
“Engga….” Jawab Amanda seraya melanjutkan kembali langkahnya.
Setelah memastikan Amanda berbaring, Kenzo pun beranjak keluar kamar.
“Ken, sweet dream….” Ucap Amanda.
Kenzo tersenyum, dikecupnya kening Amanda kemudian kembali melangkahkan kakinya keluar kamar. Kenzo merebahkan tubuhnya di sofa. Setan dalam hatinya membodohi dirinya, karena inilah pertama kalinya Kenzo membiarkan seorang wanita cantik tidur sendirian di tempat tidurnya. Ah Kenzo…..cinta bikin lo bodoh !
Sunday Morning, 07.10
Kenzo baru bisa terlelap sekitar pukul tiga lebih. Namun, begitu ingat Amanda sedang tidur dikamarnya Kenzo kembali terbangun. Perlahan-lahan Kenzo memasuki kamar, tampaknya Amanda masih terlelap. Dipandanginya sekujur tubuh Amanda yang terlunglai. Apa yang kau liat Ken, sepagi ini udah punya pikiran kotor ! Kenzo lalu segera melangkahkan kakinya keluar kamar.
“Good morning” sapa Amanda.
Kenzo menghentikan langkahnya, “Morning. Kamu udah bangun dari tadi ya?”.
“Engga juga, aku bangun dan ngeliat kamu malah pergi” jawab Amanda seraya membetulkan posisi bantalnya.
Entah mengapa situasi seperti ini membuat Kenzo salah tingkah.
“Um…aku…kamu mau sesuatu?”.
“Engga perlu. Lebih baik aku pulang. Um….mengenai semalam….”.
“Oh… kita bahas lain kali aja. Um…aku ga bisa antar Man, aku panggilin taksi aja yah” potong Kenzo.
Bukannya Kenzo tidak ingin membahas, hanya saja dia benar-benar bingung harus menjawab pertanyaan Amanda. Sementara Kenzo memesankan taksi, Amanda lalu bangun dan merapikan diri. Dipandanginya sekeliling kamar Kenzo yang diberi design minimalis.
“Apa ada yang pernah komplain tentang design kamar kamu Ken?” tanya Amanda.
“Komplain? Sejauh ini, mereka yang nginep ga pernah merhatiin design kamarnya” jawab Kenzo asal.
Amanda menoleh, “Berapa banyak wanita yang nginep disini Ken?”.
Kenzo terhenyak, “Aku yakin kamu ga mau tau”.
“Apa kamu pernah serius untuk satu kali dalam hidup kamu?” cecar Amanda.
“Aku ga tau” jawab Kenzo.
“Bahkan engga untuk aku?” tanya Amanda lagi.
“Aku….” Kenzo bingung, “Jika dibandingkan dengan Ramon, dia mungkin benar-benar serius sama kamu”.
Amanda langsung diam, dia menyesali telah bertanya pada Kenzo. Sedangkan Kenzo menyesali semua perkataannya.
“Lebih baik aku pulang. Thanks Ken” pamit Amanda.
Kenzo memaki dirinya berkali-kali. Sekalipun dia ingin menahan Amanda untuk tinggal, tapi dia tidak sanggup begitu bayangan Ramon melintas dibenaknya. Manda…..asal kamu tau….aku sanggup mati untuk liat kamu bahagia.
Queen’s Dept. Store,
Sherly mencari antrian yang paling sedikit untuk membayar belanja bulanannya. Perpisahannya dengan Pedro tadi malam, ternyata tidak melemahkannya. Kini Sherly yakin perpisahan adalah langkah yang terbaik untuk dirinya dan Pedro. Dan setelah sekian banyak masalah yang menghampirinya, dia justru merasa lebih berani dan lebih tegar. Pedro bukanlah pria yang bisa membahagiakannya !
“Sherly?!”.
Sherly menoleh keasal suara yang memanggilnya.
“Ramon ! Hai….” Seru Sherly tersenyum senang.
“Kamu lagi belanja? Sendirian?”.
“Iya” jawab Sherly, “kamu?”.
“Um…..” Ramon ragu mengatakan yang sebenarnya.
“Keliatannya mau masak besar nih” goda Sherly begitu melihat belanjaan Ramon.
Ramon nyengir. Yups ! dia memang berniat kasih kejutan pada Amanda untuk masak bersama dirumahnya.
“Aku emang lagi pengen masak aja” jawab Ramon.
“Emang bisa?” ledek Sherly.
“Engga ada salahnya nyoba kan?”.
“Emang kamu mau makan apa? Sini aku masakin”.
“Hah?!” Ramon kebingungan, “Um….aku ga mau ada salah faham sama Pedro Sher”.
“Pedro ga akan salah faham. Aku sama dia udah putus kok” jawab Sherly datar.
Ramon kaget mendengarnya, entah apa yang dia rasakan kini, yang jelas dia tidak bisa mengabaikan Sherly. Terlebih lagi Sherly pasti membutuhkan seseorang untuk berkeluh kesah. Ramon dan Sherly sepakat mencari café untuk ngobrol.
“Aku seneng kamu akhirnya berani bikin keputusan yang tepat buat diri kamu” ucap Ramon begitu selesai mendengar cerita Sherly.
“Itu semua berkat kamu juga Mon” ucap Sherly.
Ramon jadi salah tingkah, “Aku?”.
“Iya. Aku harusnya lebih bersyukur dan menghargai orang-orang yang benar-benar peduli sama aku”.
“Iyalah. Aku, Gio, Kenzo dan Amanda bener-bener peduli sama kamu. Aku yakin kalo anak-anak ngedenger berita ini, mereka pasti sependapat sama aku”.
“Sebenarnya aku takut ketemu mereka, aku yakin pasti mereka kecewa sama keputusanku waktu itu”.
“Ngapain takut? Yang penting kan sekarang kamu udah membuat keputusan yang benar”.
Sherly tersenyum, “Eh aku serius lho, kamu mau masak apa? Sini aku masakin”.
Lagi-lagi Ramon bingung harus bersikap bagaimana, namun sepertinya akan sangat susah sekali menolak seorang Sherly.
“Ok deh. Aku juga penasaran pengen nyobain masakan kamu”.
Fitnes Center,
Amanda benar-benar penat. Setelah peristiwa di apartement Kenzo, Amanda dan Kenzo saling menghindari. Amanda menyibukkan dirinya di treadmill, mencoba mengingkari setiap perasaan yang ada. Handphone Amanda bergetar, dia menerima lewat headseat nya.
“Hallo….”.
“Hi honey, kamu lagi dimana?”.
Amanda senyum, “Tempat fitness”.
“Sendiri?”
“Yups”.
Sesaat Amanda teringat untuk menanyakan akhir pekannya Ramon, karena weekend kemarin Ramon tidak datang kerumahnya, bahkan menelpon pun tidak. Namun, Amanda mengurungkan niatnya karena dia tidak mau jadi pacar yang terlalu cerewet.
“Kayanya asik yah kalo kita fitness bareng” ucap Ramon.
“Kesini dong….kita fitness bareng” ajak Amanda.
“Hhmmm, pengen sih. Tapi aku ada meeting. Andai aja bisa diwakilin sama asisten aku. Oiya, dari situ kamu mau kemana?”.
“Kayanya pulang, besok kan aku masih harus ngajar”.
“Ok deh. Meetingnya mau mulai. Have fun ya honey”.
“Ok. Bye”.
Amanda kembali menyalakan MP4 nya. Benaknya dipenuhi wajah Kenzo. Bodoh ! tentu saja dia bukan tipe yang serius Manda. Kamu mau saingan dengan wanita-wanita itu?!
“Manda !”.
Amanda tetap asik membakar kalorinya di treadmill. Tiba-tiba Amanda merasa kaget begitu menyadari ada yang melepaskan salah satu headseatnya.
“Eh Gi? Sorry….” Seru Amanda.
Gio senyum, “Tumben lo kesini?”.
“Lagi pengen aja. Lo emang suka kesini?”.
“Gue member disini, udah 1 tahunan. Ramon ga ikut?”.
“Owh, dia ada meeting” jawab Amanda.
“Bisa sibuk juga tu anak” celoteh Gio, sambil menatap wajah Amanda.
Gio lalu melakukan treadmill disebelah Amanda.
“Sebenernya gue janjian sama Kenzo, tapi dia malah seenaknya ngebatalin, cuma gara-gara cewek”.
Begitu nama Kenzo disebut Amanda langsung menoleh.
“Cewek?”.
“Kenapa? Ga aneh kan?” Gio keheranan melihat reaksi Amanda.
Amanda tersenyum kecut. Apaan sih Manda, Kenzo dan cewek? Ya….ngga aneh lah !
“Ada kabar dari Sherly?” tanya Gio.
“Engga ada” jawab Amanda.
“Aneh, gue pikir kalo sesama cewek sering telpon-telponan”.
“He…he…mungkin Sherly sibuk, dan gue…juga sibuk”.
“Elo sibuk apa? Paling-paling pacaran” ledek Gio.
Amanda manyun ngga komentar.
“Finnally….a dream come true” celoteh Gio.
“Hah?!” Amanda tidak mengerti.
“Elo sama Ramon” jelas Gio.
Amanda terdiam dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
“Penantian lo dari SMA akhirnya kesampean kan? Gue ikut seneng Man”.
Amanda tetap terdiam. Apa benar ini yang dia impikan dari dulu? Atau malah hanya obsesi?
“Manda, gue tau mungkin kita ngga sedeket dulu. Mudah-mudahan aja gue ngga salah, gue perhatiin untuk orang yang jatuh cinta, muka lo lebih sering terlihat murung”.
“O ya?” seru Amanda tersentak kaget.
“Manda, we still friend, right?”.
Amanda mengangguk.
“Apa Kenzo?”.
Amanda menoleh kaget, “Ken…? Um….kenapa sama Kenzo?”.
“Ya mana gue tau, cuma kalian berdua aja yang keliatan aneh”.
Amanda tetap tidak berkomentar.
“Aneh ! sebelum gue tau hubungan lo sama Ramon, gue sempet ngobrol sama Kenzo. Tampangnya persis banget kaya lo sekarang ini. Waktu itu gue cuma kasih saran supaya dia ngga telat menyadari”.
“Menyadari apa?” tanya Amanda.
“Menyadari kalo dia jatuh cinta” jelas Gio.
Amanda menghentikan langkahnya di treadmill.
“Gi, gue duluan balik yah. Gue udah dari tadi” pamit Amanda.
Tangan Amanda langsung dicekal oleh Gio.
“Manda, gue pengen ngomong sama lo”.
“Please Gi, apa yang pengen lo tau? Biarin aja ini kaya gini, gue sama Ramon. Like you said, it’s a dream come true. Jangan bikin kacau !”.
“Lo yakin? Apa lo bahagia? Elo, Ramon dan Kenzo, kalian membodohi diri masing-masing”.
Amanda terdiam berusaha menahan tangis.
“Ayolah Manda, belum terlambat untuk memperbaiki”.
“Masalahnya gue ga tau perasaan gue untuk siapa. Lagipula Ramon pria baik, gue pasti bahagia” ucap Amanda.
“Perlu lo inget Manda, cintanya Ramon itu Sherly bukan elo”.
“Lo lupa? Sherly mencintai Pedro dan hubungan mereka membaik”.
Gio menggeleng, “Tadinya gue ragu buat ngasih tau. Gue pikir biar Sherly aja yang ngasih tau. Tapi, udahlah. Tadi sore gue dapet telpon dari Sherly, dia bilang dia udah putus dengan Pedro”.
Amanda kaget mendengarnya.
“Sekarang gue tanya sama lo, apa lo masih bisa yakin dengan perasaan Ramon ke elo?”.
“Gue percaya sama Ramon” ucap Amanda seraya pergi.
Gio tidak bisa menghentikan Amanda, sedangkan Amanda tidak bisa untuk tidak memikirkan putusnya Sherly dengan Pedro.
Sherly House,
Sepulang dari tempat fitness, Amanda menyempatkan diri untuk mampir kerumah Sherly. Amanda merasa saat ini pasti Sherly membutuhkan seseorang untuk cerita, terlebih lagi mereka sama-sama perempuan dan sama-sama pernah disakiti Pedro.
“Udah sampe Mba” seru sopir taksi.
Amanda lalu membayar argo taksi dan kemudian turun. Tetapi langkahnya terhenti begitu mendapati mobil Ramon terparkir dihalaman rumah Sherly. Jantung Amanda berdegup kencang. Mengapa Ramon bohong padanya? Amanda jadi bertanya-tanya. Dia mengurungkan niatnya untuk masuk, segera diambilnya hp dari dalam tasnya dan mendial nomor Kenzo. Ayo Kenzo angkat !. Tidak ada jawaban dari Kenzo, Amanda baru ingat perkataan Gio, kalau Kenzo sedang ada janji dengan seorang wanita. Bertambahlah rasa kesalnya, tentu saja Kenzo tidak akan mau diganggu. Tetapi Amanda masih tetap berharap, jika dia kirim sms pada Kenzo untuk menjemputnya mungkin Kenzo akan baca, walaupun tidak yakin benar dia akan datang untuk menjemput. Sial ! Hp gue lowbat lagi !. Amanda marah-marah sendiri. Rasa sakit dan marah bercampur aduk dalam hatinya. Sesekali Amanda memandang kerumah Sherly dan terdengar suara tawa Sherly dan Ramon.
Daerah rumah Sherly memang terkenal sepi, taksi hampir tidak pernah lewat sini. Sudah hampir 15 menit, Amanda tidak berharap lagi Kenzo akan datang. Amanda akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki sampai kedepan gerbang perumahan. Berkali-kali air matanya menetes, dan berkali-kali pula Amanda melap nya. Tiba-tiba mobil BMW hitam metalik berhenti tepat didepan Amanda. Amanda sempat kaget, sempat kepikiran kalau mobil itu punya niat jahat. Tapi begitu pengemudinya turun sambil tersenyum, untuk sesaat Amanda agak tenang, walaupun bukan Pedro yang diharapkannya datang.
“Aku tau itu pasti kamu” seru Pedro.
Amanda terdiam, dia menyesali kedatangannya kerumah Sherly, ditambah lagi harus berakhir bertemu dengan Pedro.
“Kamu dari mana? Rumah Sherly? Kenapa pulang jalan kaki” tanya Pedro memberondong.
Amanda tidak menjawab, dia berusaha menyembunyikan matanya yang berlinang.
“Kamu nangis?” tanya Pedro.
“Um….aku habis fitness” jawab Amanda sambil melap matanya.
Pedro memandang Amanda, seakan tidak mempercayai perkataannya.
“Kamu ngapain disini? Bukannya udah putus sama Sherly” tanya Amanda mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Oh…” Pedro langsung tersenyum, “Berita cepet nyebar yah. Kebetulan rumah temen aku satu komplek sama Sherly”.
Amanda tidak tahu harus ngobrol apa lagi dengan Pedro, ditambah lagi dengan perasaannya saat ini yang sedang kacau.
“Kamu mau pulang?” tanya Pedro.
“Iya”.
“Aku anter yah” Pedro menawarkan diri.
“Ga usah. Aku lagi tunggu taksi” tolak Amanda.
“Udah telpon taksinya?”.
Amanda menggeleng, “Hp ku lowbat”.
Pedro tersenyum, “Aku yakin pasti kamu tetep ngga mau aku anter pulang”.
Amanda ngga menjawab, dia melirik jam ditangannya. Pukul 21.45.
“Kamu mau kemana?” tanya Pedro begitu melihat Amanda melangkahkan kakinya.
“Aku cari taksi didepan komplek” jawab Amanda.
“Kamu pikir deket? Nih pake Hp aku” omel Pedro.
Amanda ragu untuk menerima bantuan Pedro.
“Ayo telpon taksinya, kalo makin malem mereka males kedaerah sini”.
Akhirnya Amanda terpaksa mau menerima bantuan Pedro, tetapi bukan karena Pedro mengomelinya. Lebih baih dia pinjam hpnya untuk menelpon taksi dari pada harus diantar pulang olehnya.
“Gimana? Mereka mau kedaerah sini?” tanya Pedro begitu Amanda selesai menelpon.
“Iya. Tapi harus tetep nunggu sekitar setengah jam” jawab Amanda.
Aneh, dulu Amanda pernah sangat mencintai pria ini dan sekarang harus bertemu dalam situasi yang menyebalkan.
“Kamu ngapain masih disini?” tanya Amanda galak.
“Aku nungguin kamu, mana tega aku ninggalin kamu sendirian disini” jelas Pedro.
Amanda tersenyum sinis, “O ya? Sejak kapan kamu begitu baik hati dan perhatian?”.
Pedro memandangi Amanda, “ternyata kamu masih marah sama aku ya. Tapi asal kamu tau, jika ada salah satu hal yang paling aku sesali dalam hidup adalah kehilangan kamu”.
“Please deh Pedro. Saat ini aku lagi ngga pengen denger rayuan murahan apalagi dari kamu” omel Amanda sambil melirik gantungan Hp milik Pedro.
Ada rasa penasaran dari tadi yang ingin dia tanyakan. Amanda tau gantungan Hp itu pemberiannya dulu. Kaget juga melihatnya masih dipakai Pedro.
“Kamu liat ini” Pedro menunjukkan gantungan Hp nya, “Untuk mempertahankan ini aku sanggup berantem dengan Desy dan yang terakhir adalah dengan Sherly. Cuma ini yang tersisa yang aku punya dari kamu Manda”.
“Kamu pikir aku peduli? Udahlah ga perlu bahas masa lalu”.
“Ok. Um…kamu sekarang sama siapa?” tanya Pedro.
“None of your business !”.
Pedro tertawa, “Kamu ga berubah. Tetep galak. Cewek tergalak yang pernah aku kenal” celoteh Pedro, “Ngomong-ngomong kamu ga mau tau kenapa aku putus sama Sherly?”.
Amanda menoleh,” Kamu kok kayanya bahagia banget bisa putus sama Sherly?”.
“Aku juga manusia Manda, aku sedih. Dan yang bikin keputusan adalah Sherly, bukan aku. Dia bilang selama ini telah salah menilai aku”.
“Akhirnya Sherly sadar juga, walaupun telat” ucap Amanda sinis.
Pedro menarik tangan Amanda, hingga jarak Amanda dengan Pedro kini sangat dekat.
“Kamu tau….semakin marah kamu semakin bikin gemes. Kalo aku boleh berharap…..”.
Amanda langsung melepaskan tangan Pedro, dan kebetulan taksi yang ditunggunya datang.
“Aku harap, aku ga pernah ngeliat muka kamu lagi” ucap Amanda sambil masuk kedalam taksi.
Benar-benar malam yang tidak menyenangkan !.
Unfaithful – Rihanna Song Lyrics
1 komentar:
part IV ... I'm coming.... ^^
semakin seru neh... :D
Posting Komentar