Love in Between finished
Coffee Corner,
Dua bulan sudah sejak perselisihan di rumah Amanda. Kelihatannya ‘Have Fun Club’ benar-benar bubar. Semuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, tak ada satu pun yang berusaha untuk saling mneghubungi.
Sore ini Sherly menyempatkan mampir ke coffee corner, weekend kaya gini memang paling enak hangout disana, apalagi dengan teman-teman.
“Sherly?!” seru Gio kegirangan.
Sherly menoleh keasal suara yang memanggilnya, kemudian bibirnya tersenyum lebar.
“Sendirian?” tanya Gio begitu Sherly mendekat.
“Habis sama siapa lagi?” jawab Sherly.
“Tumben ada disini?”.
“Iseng. Aku ngga ada kerjaan. Ga punya cowok, ga ada temen buat ngobrol, eh terdampar disini deh”.
Gio tersenyum, “Ada kabar dari yang lain?”.
Sherly menggeleng, “Aku coba menghindari masalah Gi”.
“Bukan berarti punya kabar, tandanya lo nyari masalah kan?”.
“Iya sih. Satu-satunya kabar yang aku punya cuma dari Ramon, dia sering sms aku, tapi aku ngga pernah bales”.
“Kenapa?” tanya Gio.
“Seperti yang aku bilang tadi, menghindari masalah” jawab Sherly, “Sorry ya Gi, semua ini gara-gara gue. Kacau deh semua”.
“Udahlah Sher, mungkin jalannya aja mesti kaya gini. Kalo pun nyari siapa yang salah, gue rasa semuanya salah”.
Sherly tersenyum kecut, matanya menerawang keluar jendela.
“Gi, itu Kenzo kan?” seru Sherly.
Gio memandang kearah yang ditunjuk Sherly.
“Iya. Tu anak ga pernah berubah” komentar Gio.
Kenzo terlihat mengantar seorang wanita untuk mencari taksi. Setelah cium pipi kanan dan kiri, wanita tersebut memasuki taksi.
“Pasti dia kesini” tebak Gio.
Benar juga tebakan Gio, Kenzo memasuki coffee corner. Terlihat raut wajah yang kaget pada Kenzo, namun dia tetap menghampiri.
“Gi, Sher” sapa Kenzo.
“Kenapa muka lo, ga seneng ketemu gue?” sindir Gio.
“Cuma diluar espektasi gue aja” jawab Kenzo, “Kalian pasti baru kali ini lagi kesini”.
“Emangnya lo engga?” tanya Gio.
“Gue sering kesini”.
“Kamu kurusan yah Ken” celoteh Sherly yang dari tadi memperhatikan Kenzo.
“O ya? Cape kali….cape hati !” jawab Kenzo, “kalian janjian ketemu disini?”.
“Engga. Aku dan Gio ngga sengaja ketemu disini”.
“Gimana kabar Amanda Ken?” tanya Gio.
Ditanya tentang Amanda, raut wajah Kenzo tampak sedih dan marah.
“Kenapa tanya gue? Tanya aja sama Ramon. Lagian udah dua bulan ini gue engga ada kontak sama sekali sama orang-orang itu”.
“Lho kenapa? Bukannya kalian deket?” tanya Sherly.
Mata Kenzo seakan menerawang pada peristiwa dirumah Amanda.
“Itu semua gara-gara Ramon. Gue heran, kenapa Manda kepengaruh sama ucapan Ramon”.
“Maksud lo apa?” tanya Gio.
“Gara-gara Ramon, Amanda jadi ngejauhin gue” jelas Kenzo.
Gio menatap wajah Kenzo yang memang tetap saja good looking walaupun tidak ceria seperti biasanya.
“Apa lo ngga ada usaha buat jelasin semuanya ke Manda Ken?” tanya Gio lagi.
“Buat apa? Manda sendiri aja udah engga percaya sama gue” jawab Kenzo.
“Kalo kamu bener-bener cinta sama Amanda, harusnya kamu memperjuangkan cintanya, bukan membiarkannya pergi” celoteh Sherly.
Kenzo menatap Sherly tajam, jika tidak ada Gio mungkin dia sudah membalas Sherly dengan kata-kata yang menyakitkan.
“Sherly bener Ken” tambah Gio, “Elo kenal Manda kan udah lama, jadi lo tau dong kalo dia itu keras kepala”.
“Karena kenal Manda dari dulu makanya gue tau kalo perasaannya ke Ramon lebih kuat dibanding perasaannya ke gue. Gue engga mau jadi pecundang yang ngemis-ngemis cinta”.
“Bukan pecundang namanya buat orang yang berjuang mendapatkan cintanya, tapi pejuang Ken” cetus Sherly.
“Udahlah Sher, lo kaya ga kenal Kenzo aja, dia tuh terlalu pengecut untuk merasakan cinta” sindir Gio.
Kenzo menoleh kearah Gio dengan tatapan tajam.
“What’s your point Gi”.
“Maksud gue, lo ngga bisa ngejudge perasaan Manda gitu aja. Sekarang gue tanya sama lo, sekuat apa sih perasaan elo ke Manda? Apa sanggup merubah gaya hidup lo juga? Gue rasa engga !”.
Kenzo terdiam, di langkahkan kakinya mendekati Gio, tampak sekali Gio tersinggung dengan ucapan Gio.
“Apa yang gue rasain ke Manda, engga ada urusannya sama elo Gi. Elo tuh sama aja kaya si kunyuk Ramon. Dia pikir dia siapa, dan elo siapa Gi? Perasaan gue ke Manda, itu urusan gue”.
“Ya udah, kalian kan bisa ngobrolnya santai aja” Sherly berusaha menengahi.
“Asal lo tau Ken, gue orang yang paling peduli sama lo, Amanda, Sherly dan Ramon. Khususnya untuk elo sama Manda. Buktiin ke gue Ken, kalo lo bisa bikin Manda bahagia. Rasa cinta itu engga selalu harus saling memiliki, tapi lebih membuat orang yang lo cintai itu bahagia walaupun bukan sama lo”.
“Menurut lo Amanda akan lebih bahagia kalo bukan sama gue”.
“Gue ga bilang gitu” bantah Gio, “Gue pengen lo perjuangkan cinta lo. Kalo pun ternyata yang bisa bikin Manda bahagia itu orang lain, maka lo harus rela. Itu engga menjadikan diri lo seorang pecundang Ken”.
Tidak satu kata pun yang keluar dari mulut Kenzo. Ucapan Gio benar-benar menohok dirinya, dalam hatinya Kenzo setuju sama semua perkataan Gio, hanya saja dia telah benar-benar patah semangat.
“Sorry Ken kalo gue agak keras. Tapi konflik kalian udah terlalu lama. Dan apa yang gue takutin selama ini akhirnya terjadi. Persahabatan ini finish !”.
Kenzo dan Sherly terdiam.
“Gue pengen nanya sama kalian, sebenernya kalian pengen engga sih kaya dulu lagi?” Gio memandang kearah Sherly.
“Um….aku…aku akan ngelakuin apapun supaya kita kaya dulu lagi Gi” jawab Sherly.
Pandangan Gio kini tertuju pada Kenzo.
“Buat gue, kalo Amanda ga marah lagi sama gue, itu udah cukup kok”.
“Buat lo persahabatan ini ngga penting Ken?” Sherly tampak kesal.
Kenzo tidak menjawab. Terlihat jelas dia masih sangat marah dan Gio tau itu. Bagi Kenzo, persahabatan ini mencakup semua, dan itu termasuk Ramon. Mengingat perselisihan mereka, sepertinya Kenzo lebih memilih keadaannya seperti ini.
TK Bunda Pertiwi,
Sesekali Amanda memandang keluar jendela. Walaupun dia bisa bersandiwara dihadapan orang kalau dirinya baik-baik saja, namun hatinya tidak bisa menyangkal kalau dia merasa kehilangan sosok Kenzo. Hanya saja, dia tidak ingin menambah masalah dengan keberadaannya di tengah-tengah Ramon dan Kenzo.
“Belum pulang bu Manda?” tanya bu Lani yang tiba-tiba saja masuk ke kelas.
“Saya masih memeriksa tugas anak-anak bu” jawab Amanda seraya tersenyum.
Bu Lani mengambil kursi kemudian duduk dihadapan Amanda.
“Akhir-akhir ini saya lihat bu Manda sering murung”.
“Masa sih? Saya biasa aja bu Lani” Amanda berusaha menyangkal.
“Saya harap sih memang tidak ada apa-apa. Tapi bukannya pengen ikut campur, saya perhatikan mas Kenzo, tunangan bu Manda tidak pernah kesini lagi”.
Tangan Amanda yang tadinya memeriksa tugas muridnya langsung terdiam begitu nama Kenzo disebut.
“Apa….kata-kata saya ada yang salah?”.
“Um….sebenarnya saya dan Kenzo tidak pernah bertunangan, bahkan kami juga bukan sepasang kekasih” ucap Amanda, “Maaf, jika selama ini kami mengesankan seperti itu”.
Tidak tampak wajah kaget pada raut muka bu Lani, sepertinya dia sudah bisa menduganya.
“Beberapa hari yang lalu mas Kenzo datang pada saya. Dia datang setelah bu Manda pulang. Awalnya saya sempat bingung, tapi setelah mas Kenzo menceritakan semuanya, saya pun mengerti” jelas bu Lani, “Dia lalu menitipkan ini pada saya”.
Bu Lani menyerahkan kotak kecil beserta surat. Amanda pun mengambilnya walau dengan ragu.
“Saya tanya ke mas Kenzo, kenapa tidak mas Kenzo sendiri saja yang kasih. Mas Kenzo malah tersenyum dan berpesan, ini diberikan kalau saya melihat bu Manda tampak bersedih”.
“Tapi saya kan tidak lagi bersedih bu Lani” sangkal Amanda.
“Kalau mengenai perasaan bu Manda, mungkin hanya bu Manda sendiri yang bisa merasakannya. Saya hanya mengikuti kata hati saya saja”” ucap bu Lani.
“Kenzo mungkin hanya bercanda bu, dia itu engga pernah bisa serius” ujar Amanda.
“Saya tidak melihatnya seperti itu bu Manda, ketika terakhir saya bertemu mas Kenzo tampak kusut dan putus asa, walaupun memang terkadang dia berusaha untuk tersenyum” celoteh bu Lani, “Ada banyak hal yang mas Kenzo ceritakan, tapi saya rasa lebih baik bu Manda baca saja dulu suratnya. Saya juga ingin minta maaf jika setelah membaca surat itu, bu Manda kecewa pada saya karena telat memberikannya. Saya hanya menjalankan amanat mas Kenzo saja”.
“Terima kasih bu Lani. Maaf kalau ini jadi melibatkan bu Lani”.
“Engga apa-apa. Saran saya bu Manda tidak membuat keputusan yang nantinya malah menyesalinya”.
Amanda berusaha tersenyum, dalam hatinya dia mengiyakan ucapan bu Lani, bahwa dia memang sudah menyesali keputusannya.
Sepeninggal bu Lani, Amanda hanya memandangi surat dan kotak kecil yang kini ada dihadapannya. Ada banyak keraguan yang tiba-tiba saja muncul. Ini seperti perang batin yang berkecamuk dalam dadanya. Ayolah Manda, buka suratnya ! kenapa kamu begitu keras kepala ! Diraihnya surat itu lalu dibuka…..
Dear Amanda,
Ketika elo baca surat ini, mungkin gue udah berada di jepang. You know, I’m not good on this. Gue cuma pengen minta maaf sama elo Manda. Maaf karena udah bikin lo susah.
I’m confuse Manda, how can I get your smiling face again? Apa udah lo tutup pintu maaf buat gue?
Gue sayang sama lo Manda. For the first time in my life, finally I found the right one. It’s you ! Tapi kayanya, jalannya ngga semudah itu dilewati.
Once again, please forgive me !
O ya, didalam kotak itu ada kalung yang selalu gue pake. Walaupun gue engga ada buat lo lagi, gue harap kalung itu bisa nemenin lo.
C U Amanda…….
With Love,
Kenzo
Amanda membuka kotak kecil tersebut. Airmatanya menetes begitu teringat akan Kenzo. Kini dia benar-benar merasa kehilangan Kenzo.
Ramon dan Amanda,
Ramon memasuki toko buku yang berada di pudat perbelanjaan. Tadinya di hanya berniat janjian dengan Gisella, sekretarisnya. Tapi kesukaannya terhadap buku lebih kuat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke toko buku dulu. Hp Ramon berdering.
“Ya Sell”.
“Bapak dimana?”.
“Jangan panggil bapak dong Sell, ini kan bukan dikantor” protes Ramon, “Aku ke toko buku dulu”.
“Um…kalo gitu aku kesana yah….”.
“Kamu ngga apa-apa nih? Sorry ya, tadi pas aku liat toko buku tanpa terasa malah masuk kesitu”.
“Engga apa-apa kok. Biar aku yang kesana aja” ucap Gisella seraya menarik nafas. Tentu saja tidak apa-apa karena telah lama dia menantikan hal ini. Ketika pertama kali bosnya itu mengingat namanya saja, Gisella sudah merasa senang. Ditambah lagi ketika kemarin Ramon mengajaknya nonton, bilangnya sih tidak ada teman untuk hangout tapi buat Gisella hal tersebut adalah kesempatan untuk dirinya. Mungkin inilah langkah awal buatnya untuk memberi arti akan keberadaannya disisi Ramon.
Sementara itu di toko buku yang sama, Amanda sibuk cari-cari buku cerita untuk muridnya. Saking seriusnya mencari buku, dia tidak menyadari orang yang dibelakangnya.
“Aduh, maaf Pa” ucap Amanda begitu menyadari kakinya menginjak kaki orang.
“Amanda???!”.
“Ramon?”
Untuk sesaat keduanya tampak saling terkejut dengan pertemuan yang tidak pernah diduganya.
“Apa kabar?” tanya Ramon.
“Baik” jawab Amanda, “Um….kamu cari buku juga?”.
“Aku iseng liat-liat, siapa tau nemu buku bagus”.
Amanda berusaha tersenyum walaupun agak canggung. Tentu saja, sudah hanpir satu tahun lebih sejak kejadian itu, Amanda dan Ramon baru bertemu kembali.
“Yang lain apa kabar?” tanya Ramon.
“Aku ngga tau, aku pikir kamu yang lebih tau” jawab Amanda.
“Aku ga pernah ketemuan lagi, paling-paling cuma telpon-telponan sama Gio, itupun jarang”.
Tidak berapa lama seorang wanita memanggil Ramon. Tampak sekali raut muka Ramon yang baru teringat akan pertemuannya dengan Gisella.
“Amanda, ini Gisella sekretaris aku, masih ingat?”.
Amanda mengangguk, dia memang pernah diperkenalkan Ramon dulu.
“Kalo gitu aku duluan yah Mon, kalian pasti lagi ada janji” ucap Amanda.
“Um….Manda ! um…aku…aku temenin yah. Janjinya ngga terlalu penting kok”.
Amanda memandang kearah Gisella dan Ramon.
“Sell, kita cancel aja yah janjinya. Um…nanti aku suruh pak Amin antar kamu pulang” ucap Ramon.
“Baik Pak” jawab Gisella dengan perasaan dongkol luar biasa.
“Seharusnya ga perlu kamu kaya gini, kasian kan Gisella. Aku jadi engga enak…” ucap Amanda sepeninggal Gisella.
“Janjinya ga sepenting kamu Amanda, buat aku moment kaya gini lebih penting”.
Amanda terdiam, dia lalu kembali melanjutkan mencari buku untuk menutupi rasa canggungnya.
“Kamu cari buku apa sih Man?” Ramon mencoba mencairkan suasana lagi.
“Buku cerita”.
“Owh…kaya Cinderella gitu yah?”.
“Aku nyari cerita rakyat Indonesia. Aku pikir anak sekarang harus lebih disosialisasikan cerita-cerita dari negeri sendiri, supaya mereka ngga hanya tau Cinderella dan snow white aja”.
Ramon tersenyum, “Aku kagum sama kamu Man”.
“Kalo gitu kamu juga harus kagum sama semua guru yang ada di Indonesia. Karena itu udah jadi tugas mereka” celoteh Amanda.
“Oh tentu” Ramon setuju.
Setelah menemukan apa yang dicarinya, Amanda lalu membayarnya dikasir.
“Aku yang bayar Man” ujar Ramon.
“Eh ngga usah Mon, engga perlu repot-repot” tolak Amanda.
“Aku engga repot. Anggap aja ini salah satu bentuk permintaan maaf aku, kecuali kalau kamu selamanya engga mau maafin aku”.
Amanda akhirnya membiarkan Ramon membayar semua buku yang dibelinya.
“Terima kasih. Aku akan kasih tau ke murid-murid aku, kalo buku ini dari kamu”.
“Ga perlu. Aku seneng kalo ini bisa lebih berguna”.
“Um….aku rasa engga ada lagi yang aku cari. Jadi lebih baik aku pulang” ucap Amanda.
Ramon meraih tangan Amanda, “Apa kita bisa ngobrol dulu sebentar Manda? Please, aku ngga ada maksud apa-apa cuma pengen ngobrol”.
“Aku…..” Amanda kebingungan.
“Please Manda, sebentar aja” pinta Ramon.
“Ok. Ngobrolnya di café deket sini aja yah”.
“Sip” Ramon tersenyum senang.
Keduanya akhirnya memasuki salah satu café yang berada di pusat perbelanjaan itu.
“Kamu masih suka kopi?” tanya Ramon.
Amanda mengangguk. Sebenarnya dia canggung sekali berhadapan dengan Ramon. Bukan apa-apa, ini dikarenakan sudah terlalu lama masalah mereka mengambang. Ramon memperhatikan seuntai kalung yang menghias leher Amanda. Ramon hapal betul kalung itu milik Kenzo.
“Aku denger dari Gio, Kenzo tinggal di Jepang” ucap Ramon.
“Mungkin. Aku engga tau, dia engga pamit sama aku” jawab Amanda dingin.
Ramon menatap Amanda penuh sesal.
“Maafin aku Manda. Semua ini salah aku. Persahabatan ‘Have Fun Club’ jadi berantakan. Aku emang pantas disalahkan”.
Amanda menatap Ramon dengan tidak tega.
“Aku sebenernya males ngebahas hal yang udah lewat Mon, tapi aku ngga mau kamu berada diposisi yang selalu menyalahkan diri sendiri. Aku juga salah Ramon, Gio pernah mengingatkan aku, supaya aku bisa membedakan antara obsesi dan perasaan cinta. Dalam hal itu, aku telat menyadarinya”.
“Maksud kamu apa?” Ramon tampak bingung.
Amanda tidak menjawab, dia malah memegangi kalung yang dipakainya. Dan Ramon pun akhirnya mengerti maksud perkataan Amanda.
“Sejak kapan kamu mulai menyadarinya?” tanya Ramon lagi.
“Sejak awal kita sepakat berhubungan. Tapi aku selalu menyangkalnya, atas nama ‘a dream come true’. Aku benar-benar menyesalinya sekarang”.
“Harusnya aku pun tau dari awal, kalo Kenzo benar-benar serius sama kamu, sehingga aku ngga perlu salah faham sama dia. Aku cuma takut kamu akan lebih terluka dengan Kenzo”.
“Udahlah Ramon, jangan selamanya merasa terbebani oleh perasaan bersalah. Aku juga salah, mungkin Kenzo juga salah. Karena kebodohan kitalah, masalah ini terjadi”.
Ramon menatap Amanda, sebesar apapun rasa cintanya pada Sherly, Amanda selalu mendapat tempat khusus dihatinya. Tempat khusus yang selalu siap untuk kehadiran Amanda. Jika saja Amanda bersedia kembali padanya, Ramon pastilah dengan senang hati menerimanya. Namun, Ramon tidak mau kembali merusak suasana seperti ini untuk egonya.
“Aku selalu kangen kumpul bareng-bareng kaya dulu” ucap Ramon.
“Kita udah sibuk masing-masing Mon. Dengan adanya masalah ini-itu, takdir udah menentukan jalannya sendiri”.
“Apa kita ngga bisa kaya dulu lagi? Hangout bareng, ngayal hal-hal ngga penting”.
“Mungkin udah bukan waktunya lagi kaya gitu. Makin nambah umur, ada hal-hal yang lebih pribadi yang mesti dikejar”.
“Maksud kamu karier atau jodoh?”.
“Keduanya. Kayanya udah saatnya deh kamu mikir kearah sana Mon”.
“Hhhmm…kalo karier sih Insya Allah, tapi kalo jodoh…aku masih blank”.
Amanda menyeruput kopi yang dibawa pelayan, matanya melirik ke jam tangannya.
“Aku pulang yah. Bentar lagi acara favorite aku main”.
“Acara favorite?” Ramon mengrenyitkan dahinya.
“Iya. Kamu mungkin ngga akan suka. Acaranya tentang pendidikan anak, Nanny 911”.
“Owh…aku antar yah?” seru Ramon.
Amanda menatap Ramon, bagaimanapun juga Ramon pernah menjadi orang yang sangat berarti buatnya. Namun dia tidak yakin untuk memulai pertemanan lagi dengan Ramon, Sherly, Gio dan Kenzo.
“Aku ngerasa ngga gentleman aja kalo ngebiarin cewe’ pulang sendirian” celoteh Ramon.
“Cuma karena itu alasannya” ledek Amanda.
“Kalo alasannya aku khawatir, emangnya kamu bakal nerima?”.
Amanda tersenyum, dia sadar mungkin sudah saatnya untuk lebih open mind terhadap segala masalah yang menimpanya.
“Itu artinya boleh kan?”.
“Iya deh….trus kalo udah nganterin pulang, kamu pasti juga mau mampir, iya kan?”.
Ramon tertawa, “Emang boleh ya? Kalo bisa sih aku sekalian pengen nasi goreng yang waktu itu kamu bikin”.
“Ih ngelunjak yah….” Protes Amanda.
Momen seperti ini tampaknya membuat Ramon dan Amanda lega. Kini kebekuan yang telah terjadi diantara mereka mulai mencair.
Coffee Corner 19.45,
Gio menunggu dengan tidak sabar. Rencananya untuk menyatukan ‘Have Fun Club’ berada ditangannya. Dengan keraguan dan rasa khawatir, Gio malah panik sendiri. Wajah ceria Sherly yang datang sambil setengah berlari membuat hati Gio sedikit lega.
“Ada apa sih Gi? Tumben banget nelpon ngajak ketemuan”.
“Emang ngga boleh yah?”.
“Ya boleh lah. Aku malah seneng banget. Dan kebetulan lagi aku ngga ada acara”, ucap Sherly, “Emangnya dalam rangka apa? Cuma kita berdua?”.
Sebelum Gio menjawab, Ramon dan Amanda muncul.
“Kalian barengan?” tanya Gio heran.
“Engga. Tadi gue ketemu Amanda di depan” jawab Ramon.
Sikap Ramon, Sherly dan Amanda tampak canggung.
“Kenapa pada bengong? Kaya orang ngga kenal aja” sindir Gio, “Ayo pada duduk”.
Ramon mempersilahkan Amanda duduk dekat Sherly, kemudian dia duduk disebelah Amanda.
“Lama ya ngga ketemu, apa kabarnya kalian?” tanya Sherly.
“Baik” jawab Ramon.
Sherly lalu menoleh kearah Amanda.
“Um aku baik juga”.
“Tampang lo tegang banget Man, kenapa? Ngga seneng kumpul lagi?” sindir Gio.
“Bukan itu, gue cuma kaget aja, tadinya gue pikir bakal kita berdua aja” jawab Amanda.
“Kenapa sih ga elo bilang yang sebenernya aja Gi” protes Ramon.
“Emangnya kalo gue bilang kita bakal kumpul bareng, kalian mau pada datang? Engga kan?” omel Gio.
“Tapi, aku seneng kalo ‘Have Fun Club’ bisa kumpul lagi kaya dulu. Walaupun kurang satu orang” seru Sherly berusaha mencairkan suasana, “Kenzo kapan pulang dari Jepang sih Gi? Atau jangan-jangan dia selamanya disana”.
Gio menatap Amanda, begitu juga Ramon. Sedangkan yang dipandangnya malah menunduk.
“Susah banget ngehubungi tu anak. Kayanya nomernya ganti, jadi gue juga susah dapet kabar dari dia” ucap Gio, “Eh Mon, gue denger-denger lo dapet tender proyek pemerintah?”.
“Gosip dari mana lo?”
“Ya ada aja. Tapi bener kan?”.
“Ya gitu, rencananya kalo sukses bakal manjang” ucap Ramon seraya tersenyum senang.
Sementara Ramon dan Gio mulai asik membahas pekerjaan masing-masing, Sherly kemudian mendekati Amanda.
“Man, aku kangen banget sama kamu. Kadang aku pengen kerumah kamu buat ngobrol, tapi aku takut ganggu”.
“Aku juga kangen Sher. Sorry yah kalo kemaren-kemaren sikap aku kurang ramah”.
“Aku juga minta maaf Manda” ucap Sherly, “Oh ya, aku pengen kasih tau sama kamu, um….aku….udah dilamar”.
“Hah??? Sama siapa?” seru Amanda surprise.
“Sssssttt…..Kamu pasti bakal lebih surprise lagi kalo tau orangnya” bisik Sherly dan itu membuat Amanda makin penasaran.
“Siapa Sher? Gue kenal ya?” jerit Amanda pelan.
Sherly mengangguk, “Um…mungkin kamu kenal”.
Amanda bengong, matanya melirik kearah Ramon.
“Yang bener aja, bukan dia” protes Sherly.
“Ya….pasti bukan sih. Trus siapa dong yang gue kenal…..jangan-jangan….masa iya Pedro? Sher, come on….”.
“Ofcourse not ! tebakan kamu hampir mendekati. Dia Faisal, om nya Pedro” jawab Sherly.
“Oh my God ! are you kidding me?! How come?” Amanda terheran-heran.
“Panjang Man ceritanya. Tapi, kalo aku flash back lagi, emang sih susah banget dipercaya. Jangan kan kamu, aku juga masih unbelievable…”.
“Kalian ngobrolin apa sih? Kayanya seru banget” tanya Ramon.
Amanda dan Sherly saling berpandangan seraya senyum-senyum simpul.
“Kenapa sih? Ngbrolin gue yah….” Goda Gio.
“Emangnya kita cewek kurang kerjaan mesti ngomongin elo” protes Amanda.
“Oh….jadi Amanda itu cewek yah Gi, gue kok baru tau” ledek Ramon.
“Maksudnya apaan tuh? Nyari masalah Mon” omel Amanda.
“Nah gitu dong. Kan enak diliatnya. Btw, elo berdua kok ngga kaya 2 orang yang udah lama ngga ketemu. Gue perhatiin ngga saling canggung malah” sindir Gio pada Ramon dan Amanda, “Jangan-jangan suka pada ketemuan dibelakang gue sama Sherly?”.
“Apa-apaan sih lo Gi. Sekarang headline utamanya Sherly mo kasih pengumuman, bukan tentang gue sama Ramon”.
Ramon cengar-cengir, kemudian Gio langsung beralih ke Sherly.
“Ayo dong Sher, kasih tau sama mereka” desak Amanda.
“Aduh….aku malu….aku juga bingung ngomongnya” ucap Sherly.
“Masa bilang lo dilamar aja susah” seru Amanda gemas.
Gio dan Ramon saling berpandangan.
“Lo serius Sher?” tanya Gio.
Sherly mengangguk seraya tersenyum.
“Kita kenal orangnya Sher?” Kini giliran Ramon bertanya.
“Kayanya kalo kalian engga akan kenal, tapi kalo Manda kenal”.
Gio dan Ramon langsung memandang Amanda.
“Elo tau” tanya Gio.
Amanda mengangguk.
“Ayo dong Sher, siapa orangnya” Ramon engga sabar.
“Dia Faisal. Om nya Pedro”.
Ramon dan Gio langsung terdiam begitu mendengar nama Pedro disebut.
“Tenang…dia ngga kaya Pedro kok. Awalnya aku pun berfikir kaya gitu, tapi setelah dia minta aku jadi istrinya lalu mendatangi kedua orang tua aku, akhirnya aku percaya. I believe he’s the right one” jelas Sherly.
Ramon menatap Sherly dalam, sedalam perasaan yang pernah dia rasakan untuk seorang Sherly.
Amanda lalu memeluk Sherly, “Selamat yah Sher, this is what your waiting all this long, right? Congratulation !”.
Gio pun menyusul memeluk Sherly dan terakhir Ramon pun bergabung.
“Welcome back ‘Have Fun Club’” teriak Sherly.
“Yups…semoga seperti ini selamanya” tambah Ramon.
“Tunggu-tunggu…sebenernya yang punya hajat untuk ngasih pengumuman itu gue, eh malah keduluan Sherly” seru Gio.
“Elo mo ngumumin apaan? Jangan-jangan….”.
Gio mengangguk sambil tertawa.
“Namanya Shafira. She’s Egypt. Kira-kira plan nya 6 bulan lagi kita merit”.
Ramon, Sherly dan Amanda dibuat tidak bisa berkata apa-apa oleh Gio.
“Gue tau kalian pasti bertanya-tanya, kok cepet banget sih? Kok ngga pernah dikenalin? Iya kan?. Makanya pada kemana aja setahun kemaren….”.
“Gue sih cuma ngerasa diluar dugaan aja” ucap Amanda.
“Ya….gue ngga mau pacaran lama-lama, gue juga ngga mau pake tunangan dulu. Dia beda aja dari cewek-cewek yang pernah deket sama gue, kaya ada chemistry hebat dalam perut gue kalo ngeliat dia”.
“Alah….sok pake chemistry….” Ledek Ramon.
“Ya udah…berarti malam ini kita rayain 2 temen kita yang lagi berbahagia” seru Amanda.
Ramon mengangkat gelasnya sambil menuangkan white wine yang dipesannya kepada gelas teman-temannya.
“To Gio and Sherly, wish a happiness always around you” ujar Ramon.
“Have a party without me?” tiba-tiba suara yang begitu akrab ditelinga Amanda, Gio, Ramon dan Sherly muncul.
“Kenzo !” teriak Sherly senang.
“Gue pikir pesen gue ngga nyampe. Rese lo yah, pake ganti nomer segala. Untung aja kakak lo masih naksir sama gue, jadi dia ngasih nomer lo yang baru” ucap Gio.
“Kakak gue ngga mungkin naksir sama lo yang mo merit. Dah gitu pake ngga bilang-bilang sama gue” sindir Kenzo.
Gio lalu memeluk Kenzo. Ramon walaupun agak kaget melihat kedatangan Kenzo tapi dia selalu bisa bersikap biasa, tapi tidak dengan Amanda, dia benar-benar canggung sekaligus tegang.
“Pa kabar kalian?” tanya Kenzo pada Ramon dan Amanda.
“Mereka baik-baik aja” Sherly mendahului.
Seorang wanita bule muncul dari belakang Kenzo. Semua mata langsung tertuju padanya.
“Have you call yout friend?” tanya Kenzo sambil meraih tangan wanita tersebut.
“Yeah…” jawab wanita itu sambil tersenyum kearah teman-temannya Kenzo.
“Lo ngga mau ngenalin neh sama kita-kita” sindir Gio.
“Owh…sorry…um…Samantha, they are my best friend. This is Gio” Gio menjabat tangan perempuan yang bernama Samantha itu, “This is Sherly, This is Ramon”.
“Hi…” sapa Samantha ramah.
“And this is Amanda”.
“Owh…Hi…nice to meet you all” seru Samantha.
Amanda menatap Kenzo, sebersit rasa sakit melintas di hatinya begitu melihat kedatangannya. Melihat gelagat Amanda, Sherly lalu memegang tangan Amanda.
“Kali ini lo serius Ken?” ledek Gio.
“Menurut lo? Look at her, she’s perfect right? Her sex….awesome” bisik Kenzo pada Gio yang kebetulan didengar juga oleh Ramon.
“Elo ngga pernah berubah ya” sindir Ramon.
“Why should I? Elo sendiri? Masih jadi pengecut?” balas Kenzo.
“Heh…heh…ayolah…jangan mulai” Gio melerai, “ gue undang kalian itu buat fun, bukan manjang-manjangin masalah”.
Kenzo lalu duduk disebelah Samantha seraya menciumnya. Melihat hal tersebut Amanda langsung pergi. Sebelum Sherly mengejarnya, Ramon lebih dahulu mengejar Amanda. Adegan tersebut sempat dilirik Kenzo. Dan Gio sebagai penyelenggara acara cuma bisa geleng-geleng kepala.
“Manda !” teriak Ramon.
Amanda menghentikan langkahnya.
“Aku cuma mau ke toilet” jawab Amanda berusaha menahan tangis.
Ramon meraih tangan Amanda, “Kalo kamu pengen nangis, nangis aja”.
Amanda lalu memeluk Ramon dan menumpahkan semua perasaannya pada Ramon. Ramon pun makin menyadari perasaan Amanda untuk seorang Kenzo.
“Kamu mau pulang atau tetep disini?” tanya Ramon.
“Menurut kamu? Kamu pengen aku bagaimana?” Amanda balik nanya.
“Kamu pengen tau pendapat aku?” Ramon melap sisa air mata Amanda.
Amanda mengangguk.
“Hadapi semua ini, segimanapun pahitnya”.
Amanda tersenyum, “Selama ini aku selalu menghindar yah?”.
“Ga usah ngomongin yang udah lewat. Mendingan sekarang kita kesana lagi”.
Amanda menuruti saran Ramon. Ramon memang benar, selama ini dia selalu saja menghindar. Selalu tidak berani menghadapi masalah-masalahnya.
“Abis pada ngapain? Curiga gue….Jangan-jangan bikin pengumuman juga nih” goda Gio.
Kenzo melirik pada Amanda, sekilas dia melihat kalung pemberiannya yang menghias leher Amanda.
“Gue dari toilet. Eh pas keluar malah ngeliat Ramon” ucap Amanda.
Sherly menatap wajah Amanda, mungkin karena sama-sama wanita jadinya dia bisa merasakan rasa sakitnya Amanda.
“Kamu baik-baik aja?” bisik Sherly begitu Amanda duduk.
“I’m fine. Tenang aja”.
Reuni ‘Have Fun Club’ berjalan lancar, walaupun banyak perasaan yang tersembunyi, tapi secara keseluruhan pertemuan ini cukup membuat Gio puas.Sherly dan Amanda,
Sherly membolak-balik halaman majalah yang ada dipangkuannya.
“Engga jadi datang kali Sher”.
“Jadi kok. Tadi kan aku dah telpon, Manda bilang lagi dijalan. Macet kali yah mas” ucap Sherly.
Orang yang dipanggil mas oleh Sherly hanya tersenyum seraya mengelus sayang rambut Sherly.
“Aku udah lama engga ketemu Amanda. Dia masih tetep galak?”
“Liat aja nanti….” Ucap Sherly.
Amanda berlari-lari menghampiri Sherly.
“Sorry Sher, macet banget” ucap Amanda seraya melihat kearah pria yang berdiri disamping Sherly, “Eh om Faisal”.
“Jangan panggil om dong, aku kan ngga jauh umurnya sama kalian”.
Sherly tertawa, “Abis, mas tuh kaya om-om”.
“Maaf. Aku kan kenalnya om tuh om nya Pedro. Jadi masih kebawa-bawa”.
Pria yang bernama Faisal itu tertawa, “Ya udah Sher, sekarang aku tinggal yah. Amanda nya kan udah datang”.
Sherly mengangguk.
“Amanda, aku pergi dulu yah”.
“Lho kenapa om? Kirain mau ikut ngobrol”.
“Nanti kalo ada aku, acara curhatnya malah keganggu…Kalian senang-senang aja…” Faisal mencium kening Sherly lalu pergi.
“Kamu kenapa mesti panggil Faisal om sih, umurnya kan ngga beda jauh” ucap Sherly begitu Faisal pergi.
“Ngga enak Sher, udah terbiasa. Eh….kamu pasti bahagia banget yah?”.
“Keliatan yah? Aku cuma bersyukur Man, Tuhan mempertemukan aku sama Faisal. Tau ngga, waktu Pedro tau aku pacaran sama om nya, dia marah besar sama aku dan Faisal”.
“O ya? Terus….”.
“Ya….seiring waktu berjalan, ngga tau kenapa kemarahan Pedro pun memudar, sampai akhirnya dia bisa menerima hubungan aku dan om nya”.
“Aku emang ngga begitu kenal sama om Faisal, tapi ketika pertama kali ketemu, kesan pertama aku melihat sosok om Faisal itu pria yang baik. O ia, om Faisal tau semuanya tentang kamu dan Pedro?”.
“Aku yang cerita. Aku ngga mau ada kebohongan dalam memulai hubungan. Lagi pula Faisal pun punya masa lalu, kita jadinya bisa saling mengerti”.
“Syukur deh kalo semuanya lancar. Aku ikut seneng ngeliat kamu bahagia Sher” ucap Amanda.
“Kalo kamu? Aku liat kamu sama Ramon deket lagi” selidik Sherly.
“Oh itu, kita ngga ada apa-apa kok. Cuma mencoba menjalin silahturahmi yang sempet renggang aja. Sebelum aku dan Ramon pacaran, dulu kan kita temen baik, aku rasa kita akan tetap jadi temen baik, dan aku merasa lebih nyaman menjalaninya” jawab Amanda.
Sherly menatap Amanda.
“Ada apa?” tanya Amanda.
“Kenapa sih kamu ngga perjuangin perasaan kamu Man?”.
“Perasaan aku? Ke siapa?” Amanda ngga ngerti.
“Ayolah Amanda, kamu tau jelas kan perasaan kamu itu untuk siapa” protes Sherly.
Amanda menarik nafas, “Maksud kamu Kenzo? Buat apa Sher? Kamu liat Kenzo kemarin kaya gimana? Dia ngga peduli sama aku sama sekali. Apa aku sendirian yang harus berjuang?”.
“Waktu sebelum dia pergi ke Jepang, aku dan Gio ngga sengaja ketemu Kenzo. Tampangnya kusut banget. Dia dengan berapi-api mengutarakan perasaan cintanya sama kamu Man”.
“Mungkin jalannya memang harus seperti ini Sher” ucap Amanda.
“Kalo gitu caranya kamu terkesan menyerah sebelum berperang. Kamu kaya bukan Amanda yang aku kenal” celoteh Sherly.
“Aku emang ngga pernah ngotot dalam urusan cinta Sher. Aku selalu percaya kalo memang jodoh pasti ngga akan kemana-mana” jelas Amanda.
Sherly akhirnya bisa apa lagi, jika Amanda sudah berprinsip seperti itu. Satu hal yang semakin dia sadari adalah rasa iri yang dia rasakan selama ini kepada Amanda ternyata telah lenyap. Dia jadi lebih memandang dirinya positif, bahwa Amanda yang selama ini selalu dia anggap unggul pun memiliki kelemahan. Dan Sherly bersyukur, dirinya ternyata lebih berani menghadapi perasaan cintanya dibandingkan Amanda.
Kenzo Apartement,
Kenzo cukup surprise menerima kunjungan dari Ramon. Selama beberapa menit dia hanya bisa diam, sampai-sampai yang mempersilahkan Ramon masuk adalah Samantha yang kebetulan akan keluar untuk membeli sesuatu.
“Keliatannya elo ngga suka yah gue datang” tanya Ramon setelah memastikan Samantha pergi.
“Pasti ada hal penting yang lo pengen omongin sampe-sampe lo datang sendiri kesini”.
“Apa hubungan kita bener-bener ngga bisa diperbaiki yah?” Ramon memandang kearah kamar yang pintunya memang sudah terbuka. Tampak berantakan sekali, bisa ditebak, pasti telah terjadi hal hebat disana.
Kenzo tersenyum sinis melihat gerak-gerik Ramon, “Menurut lo? Look, kita udah berada di tempatnya masing-masing. Apa lagi yang bikin lo khawatir?”.
“Tempat masing-masing?” Ramon bingung.
Kenzo tertawa, “Ayolah Ramon…..Setahun belakangan ini apa yang lo lakuin? Masa lo masih jalan ditempat”.
Kini Ramon mengerti kemana arah pembicaraan Kenzo. Sekilas dia juga melihat ada luka di mata Kenzo yang berusaha disembunyikannya.
“Gue cuma mau minta maaf Ken, gue terima kalo menurut lo permintaan maaf gue ini udah telat. Dan pastinya apapun alasan yang akan gue kasih, elo bakal menyangsikannya” ucap Ramon.
Kenzo berjalan mengambil air mineral dari lemari es nya. Ada hal yang terlihat berbeda dari Kenzo, dan Ramon melihat hal tersebut. Kenzo yang dulu mudah emosi, kini terlihat lebih tenang.
“Udahlah. Gue ngerti kok. Lagipula gue udah lupain semua masalah yang kemaren”.
“Termasuk lo lupain perasaan lo ke Amanda?” cecar Ramon.
“Itu juga” jawab Kenzo.
Ramon bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Kenzo.
“Bullshit ! I still can see, that you’re eyes tells the opposite” bentak Ramon.
“Elo …..!” Kenzo hampir saja terpancing emosinya, tapi Kenzo benar-benar telah berubah dengan cepat dia bisa mengendalikannya, “She needs you. Not me. Keberadaan gue cuma akan bikin Amanda bimbang sama perasaaannya terhadap lo. Gue lega waktu kemaren kita kumpul lagi ngeliat kalian lebih saling menjaga, saling menguatkan”.
Ramon mendengus, “You know, gue perhatiin lo banyak berubah. Tapi ada satu hal yang engga pernah berubah dari lo. Elo masih dangkal sama perasaan cinta”.
“Ya….whatever lah. Satu pesen gue Mon, jagain dia, bikin dia bahagia. Elo pasti lebih ngerti…”.
Ingin rasanya Ramon meninju Kenzo untuk menyadarkannya.
“Gue ngga bisa dan ngga mau?” timpal Ramon.
Kenzo langsung menoleh kearah Ramon dengan tatapan mata tajam.
“Lo ngomong apa?”.
“Gue yakin lo denger ucapan gue tadi. Hubungan gue sama Amanda tuh engga seperti yang ada dalam pikiran lo. Gue engga ngerti elo itu buta atau bego. Kenapa lo ngga sadar Ken, Amanda more needs you than me. Gue cuma akan menjadi temen baiknya aja. Perasaan yang pernah Amanda rasain ke gue, engga sebanding dengan perasaannya ke elo”.
“Gue udah punya Samantha. Gue berusaha membuatnya berjalan dengan baik”.
Ramon menarik nafas, “You love her?”.
Kenzo tidak menjawab, dia malah meneguk habis air mineral dari gelasnya.
“As your friend, I wanna tell you; Don’t ever letting your self drowning into deep regret. Amanda loves you !” ucap Ramon.
Kenzo tetap diam, matanya menatap gelas yang telah kosong. Ramon pun pergi, baginya telah cukup memberikan penjelasan. Kini semua terserah Kenzo, hanya Kenzo sendiri yang bisa memutuskannya.
TK Bunda Pertiwi,
Amanda teringat pembicaraannya dengan Sherly semimggu lalu. Dia yakin Sherly pasti tidak bisa menerima melihat sikap Amanda yang terkesan pasrah pada kehidupan cintanya, namun Sherly tidak berkomentar apa-apa lagi. Itulah Sherly. Sebenarnya ketika Sherly mengatakan kalau dia iri padanya, Amanda begitu bingung dan tidak habis pikir. Buat Amanda, Sherly selalu menjadi role model untuknya, sebagai gambaran wanita masa kini yang sukses. Amanda lalu tersenyum begitu memikirkan hubungan Have Fun Club mulai membaik kembali. Semuanya telah berkumpul kembali.
“Bu Manda, aku boleh tunggu disini yah? Mami aku belum jemput, katanya masih di jalan” seru seorang anak laki-laki peranakan arab-Indonesia.
“Boleh. Tapi Ali yakin mami pasti jemput? Kalo engga nanti pulangnya di anter sama ibu”.
“Iya. Tadi kan bu Lani udah telpon mami” jawab anak yang bernama Ali itu.
“Oh…ya udah. Kita tunggu mami kamu yah…”.
Sebenarnya Ali adalah anak didiknya bu Lani, namun entah kenapa Ali kali ini lebih senang menunggu di kelasnya, dibandingkan bersama bu Lani.
“Bu Manda, aku punya ini untuk bu Manda” Ali mengeluarkan dua lembar tiket konser The Frank dari tasnya.
Amanda benar-benar di buat kaget, “Ali ! dari mana kamu dapet tiket ini?”.
“Itu untuk bu Manda” ucap Ali lagi.
“Iya. Tapi dari siapa kamu dapatin ini?” tanya Amanda dengan sabar.
“Om yang kasih”.
“Om? Om siapa? Om kamu?”.
“Aku ngga tau….bilangnya om tunangan ibu”.
Amanda memandangi Ali sambil berpikir dan menebak-nebak.
“Nah itu dia om tunangan ibu Manda” teriak Ali sambil menunjukkan tangannya kearah pintu masuk kelas.
Pandangan Amanda pun beralih kearah orang yang ditunjuk Ali. Dia sempat tak percaya melihat Kenzo yang berdiri sambil tersenyum di depan pintu.
“Anak-anak disini kan taunya aku tuh tunangan kamu” ucap Kenzo sambil cengar-cengir.
Amanda merasa speechless melihat kedatangan Kenzo.
“Aku tunggu sama bu Lani aja ah” teriak Ali sambil berlari keluar kelas.
“Ali ! jangan lari nanti jatuh” seru Amanda sambil berlari untuk memastikan Ali tidak akan jatuh.
Tapi begitu melihat Ali dengan bu Lani Amanda pun menghentikan langkahnya. Bu Lani menatap Amanda sambil mengacungkan ibu jarinya. Entah untuk alasan apa, tapi Amanda merasa bu Lani sedang menyemangatinya. Amanda pun kembali kekelasnya.
“Aku beres-beres dulu” ucap Amanda.
“Aku bantu yah” Kenzo menawarkan diri.
“Um…ngga usah…”.
Kenzo tampaknya tidak menghiraukan perkataan Amanda, dia malah mengambil penghapus papan tulis dan mulai menghapus. Amanda termangu menatapnya, ditambah lagi ketika melihat Kenzo mengambil spidol dan mulai menggambar.
“Kamu ngapain?” tanya Amanda.
“Aku lagi gambar bu Manda” ucap Kenzo dengan logat yang dibuat seperti anak kecil.
Amanda menahan senyum.
“Aku mau gambar bunga dan coklat buat bu Manda” tambah Kenzo lagi.
Amanda lalu duduk di mejanya, sambil memandangi Kenzo yang sedang serius menggambar.
“Ada apa Ken?” tanya Amanda begitu Kenzo selesai menggambar.
Kenzo menaruh spidol tersebut diatas meja Amanda, dia lalu menarik satu bangku ke dekat Amanda.
“Kalo aku mau jadi tunangan kamu yang sebenernya boleh ngga?” tanya Kenzo.
“Apa?” Amanda kaget bukan main mendengar ucapan Kenzo, “Kamu abis minum?”.
Kenzo tidak menjawab, dia melihat kalungnya yang menghias leher Amanda. Kenzo lalu tersenyum.
“Aku juga kangen kamu Man”.
Amanda semakin dibuat bingung dan grogi oleh sikap Kenzo.
“Kamu pake kalung aku, karena kamu inget aku dan kangen aku kan?” goda Kenzo.
Wajah Amanda memanas, diperutnya terasa ada yang menggelitik.
“Aku harap aku belum terlambat. Sebenernya aku gambling, dengan datang kesini, bicara untuk meyakinkan kamu, atau sedikitnya menyampaikan perasaan aku selama satu tahun kebelakang. Mungkin hasilnya sesuai dengan yang aku inginkan, mungkin juga tidak” Kenzo meraih kedua tangan Amanda, “Aku tidak pernah mencintai Samantha, aku tidak pernah mencintai wanita manapun. Walaupun aku berusaha untuk mengubah hati ku untuk Samantha, aku masih aja ngerasa ada yang engga lengkap. Aku sadar semua pertanyaanku, jawabannya ada sama kamu Manda”.
Amanda semakin tidak bisa berkata apa-apa. Kedatangan Kenzo saja sudah membuatnya kaget bukan kepalang, kini ditambah lagi mendengar semua pernyataan Kenzo.
Kenzo tersenyum, “Ngga usah ngomong apa-apa, cukup dengerin aku dulu. Kamu tau, selama ini aku mencintaimu tanpa sadar? Bahkan ketika aku menyadarinya pun aku malah menyangkalnya. Ramon bilang aku buta atau bodoh? Aku rasa keduanya benar, aku buta dan bodoh. Karena kebodohan ku, aku perlu waktu satu tahun lebih untuk yakin kalau aku mencintaimu, dan karena kebutaanku aku perlu waktu satu tahun lebih, akhirnya aku bisa lihat mata itu tidak pernah berpaling dariku. Aku benar kan Manda?”.
Amanda meneteskan air matanya, pernyataan Kenzo yang selama satu tahun ini dia tunggu akhirnya keluar juga. Semua perasaannya kini bercampur haru-biru. Ya Tuhan….apa yang harus aku lakukan?
“Aku mencintaimu Amanda Roselia”.
Ayolah Amanda…haruskah kamu berpikir lagi? Cinta itu tidak perlu kau pikirkan tapi kau rasakan ! Jangan biarkan dia berlalu… Bathin Amanda terjadi perdebatan. Dipandanginya mata Kenzo lekat-lekat.
“Aku…aku mau….” Seru Amanda.
“Mau?” Kenzo kini yang dibuat bingung.
“Aku mau nonton konser The Frank sama kamu” jawab Amanda seraya tersenyum.
Kenzo tertawa, tangannya mengusap rambut Amanda dengan lembut.
“Kalo gitu, aku juga mau, asalkan status aku sebagai tunangan kamu yang sebenarnya” goda Kenzo.
“Boleh. Asal kamu nemuin dulu orang tua aku”.
“Ok. Aku sekarang juga akan menghadap Bapak Haji Ahmad Natadiredja dan Ibu Hajjah Fatima Syifa” ucap Kenzo, “Aku serius Manda”.
“Kamu pikir aku lagi bercanda?”.
Kenzo menarik nafas lega. Mungkin seharusnya hal ini dia lakukan sejak dulu, tapi dia tidak menyesal. Bukankah cinta berjalan dengan cara yang misterius? Dan sudah sepantasnya, jika kita mendapatkannya, maka kita pun harus tetap menjaganya utuh. Kenzo semakin mengerti akan hal itu, walaupun dia tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi didepan, dia berjanji akan berusaha menjaga dan membahagiakan Amanda, seperti yang dia janjikan pada teman-temannya.
Lucky Ft. Colbie Caillat – Jason Mraz Song Lyrics